Minggu, 16 November 2014 − 08:12 WIB
Olivia Antoni
Fenomena bisnis spa dan massage kini tengah bergeliat di sejumlah kota di Indonesia. Padatnya aktivitas dan tingginya tingkat stres masyarakat perkotaan membuat bisnis ini prospektif.
Tak ayal jika dalam beberapa tahun ini mulai banyak berdiri outlet spa, baik di pusat-pusat perbelanjaan maupun layanan khusus yang ditawarkan pihak perhotelan.
Salah satu pebisnis yang lihai memanfaatkan peluang tersebut adalah Olivia Antoni, 38. Meski hanya lulusan sekolah kejuruan, kiprah bisnisnya tak boleh diragukan. Pada 2009, dia mendirikan bisnis spa dengan nama The Family Spa. Ijtihad bisnisnya itu ternyata mendatangkan berkah berlimpah.
Dengan memakai konsep bisnis waralaba, saat ini The Family Spa telah berdiri di beberapa daerah, seperti Jakarta, Bali, Makassar, Sumatera, Jayapura, Jawa, Kalimantan. Paling tidak dalam tiga atau empat bulan selalu bertambah satu outlet baru. Tahun ini saja (Januari- Juni), The Family Spa sudah berdiri lebih dari 10 outlet baru. Ada yang membuka outlet spa di pusat- pusat perbelanjaan, dan ada juga kemitraan yang mengajak dari kalangan perhotelan. Setiap cabang outlet per bulan beromzet Rp80-150 juta.
Sementara pemiliknya akan menerima keuntungan bersih sekitar Rp50 juta per bulan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bisnis membuka spa di kawasan perkotaan sangat prospektif. “Sebenarnya ada banyak yang ingin membuka The Family Spa, tapi idealnya untuk persiapan dan promosi sebuah outlet baru membutuhkan waktu tiga sampai empat bulan untuk berdiri,” ungkap Olivia kepada KORAN SINDO kemarin.
Meski masih relatif baru bermain bisnis disektor kesehatan dan kecantikan ini, The Family Spa telah dikenal di kalangan pebisnis perhotelan. Karena itu, banyak di antara mereka yang mengajak kerja sama untuk menyediakan layanan spa and massage. “Jenis spa kita lebih ke traditional spa and massage, atau spa Bali dan spa Jawa. Kita juga lebih menekankan pada relaksasi menggunakan jempol,” kata Olivia.
Olivia yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai sales promotion sebuah merek automotif tidak menduga jika pilihan bisnis yang digelutinya ini akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Pasalnya, dia sebelumnya tak memiliki pengalaman berbisnis di bidang ini. Namun karena dari kebiasaannya setiap sebulan bisa menghabiskan Rp2 juta untuk spa dan refleksi, dia akhirnya mengambil peluang ini.
“Saya berpikir pasti banyak juga orang-orang seperti saya. Setiap bulan menghabiskan banyak uang untuk spa. Saya itu kalau ke mal bukan belanja dulu, tapi ke spa dulu untuk relaksasi,” aku Olivia. Karena alasan ini, akhirnya perempuan yang juga berbisnis dengan membuka showroom mobil-mobil seken ini mendirikan franchise The Family Spa. “Dari situ, terpikir mengapa tidak saya buka saja tempat pijat. Toh, saya hafal teknik pemijatannya. Saya menggabungkan setiap teknik pemijatan dari satu terapis dengan terapis lain yang saya suka di spa saya ini,” urai Olivia.
Paket jasa relaksasi yang ditawarkan The Family Spaantara lain pijat, body scrub, mandi susu, totok wajah, dan mandi sauna. Tarif untuk bisa menikmati layanan itu berkisar antara Rp180.000-250.000. Untuk jasa senilai Rp250.000 khusus berlaku bagi wanita. Hingga saat ini, strategi promosi The Family Spatetap memanfaatkan internet melalui website.
Selain itu, tim selalu bekerja keras dengan berpromosi lewat sosial media. Semua mitra mengetahui dan mengenal usaha ini melalui media internet tersebut. Melalui internet juga yang akhirnya banyak tawaran dari berbagai hotel di daerah ingin mengajak kerja sama menyediakan layanan spa and massage The Family Spa. Menurut pengamat bisnis Agus W Soehadi, bisnis spa and massage sangat prospektif paling tidak hingga 10 tahun mendatang. Saat ini dapat dikatakan bahwa kebutuhan spa and massage adalah kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan.
Selain untuk melepas mengembalikan kesegaran badan, spaandmassage dianggap menaikkan prestise seseorang. Lebihdari itu, spa and massage adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang, khususnya untuk merawat kecantikan dan menjaga kesehatan tubuh. Cara pandang seperti ini akhirnya mendapat penilaian tersendiri dari warga urban bahwa spa and massage tidak saja lebih dari sebuah kebutuhan, tetapi juga telah menjadi gaya hidup yang mesti dipenuhi.
Karena itu, tidak ada salahnya jika banyak pebisnis pemula yang sekarang membidik peluang ini. Dengan tanpa modal yang begitu besar, sekitar Rp30- 50 juta, seseorang sudah bisa membuka bisnis spa.
Bahkan lebih mudah lagi jika mengikuti konsep waralaba karena semua paket, dari terapis berkualitas, jaminan kualitas bahan baku spa, hingga penggunaan merek telah disediakan. Hanya, setiap paket yang disediakan memiliki nilai kesepakatan yang berbeda-beda.
Tak ayal jika dalam beberapa tahun ini mulai banyak berdiri outlet spa, baik di pusat-pusat perbelanjaan maupun layanan khusus yang ditawarkan pihak perhotelan.
Salah satu pebisnis yang lihai memanfaatkan peluang tersebut adalah Olivia Antoni, 38. Meski hanya lulusan sekolah kejuruan, kiprah bisnisnya tak boleh diragukan. Pada 2009, dia mendirikan bisnis spa dengan nama The Family Spa. Ijtihad bisnisnya itu ternyata mendatangkan berkah berlimpah.
Dengan memakai konsep bisnis waralaba, saat ini The Family Spa telah berdiri di beberapa daerah, seperti Jakarta, Bali, Makassar, Sumatera, Jayapura, Jawa, Kalimantan. Paling tidak dalam tiga atau empat bulan selalu bertambah satu outlet baru. Tahun ini saja (Januari- Juni), The Family Spa sudah berdiri lebih dari 10 outlet baru. Ada yang membuka outlet spa di pusat- pusat perbelanjaan, dan ada juga kemitraan yang mengajak dari kalangan perhotelan. Setiap cabang outlet per bulan beromzet Rp80-150 juta.
Sementara pemiliknya akan menerima keuntungan bersih sekitar Rp50 juta per bulan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bisnis membuka spa di kawasan perkotaan sangat prospektif. “Sebenarnya ada banyak yang ingin membuka The Family Spa, tapi idealnya untuk persiapan dan promosi sebuah outlet baru membutuhkan waktu tiga sampai empat bulan untuk berdiri,” ungkap Olivia kepada KORAN SINDO kemarin.
Meski masih relatif baru bermain bisnis disektor kesehatan dan kecantikan ini, The Family Spa telah dikenal di kalangan pebisnis perhotelan. Karena itu, banyak di antara mereka yang mengajak kerja sama untuk menyediakan layanan spa and massage. “Jenis spa kita lebih ke traditional spa and massage, atau spa Bali dan spa Jawa. Kita juga lebih menekankan pada relaksasi menggunakan jempol,” kata Olivia.
Olivia yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai sales promotion sebuah merek automotif tidak menduga jika pilihan bisnis yang digelutinya ini akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Pasalnya, dia sebelumnya tak memiliki pengalaman berbisnis di bidang ini. Namun karena dari kebiasaannya setiap sebulan bisa menghabiskan Rp2 juta untuk spa dan refleksi, dia akhirnya mengambil peluang ini.
“Saya berpikir pasti banyak juga orang-orang seperti saya. Setiap bulan menghabiskan banyak uang untuk spa. Saya itu kalau ke mal bukan belanja dulu, tapi ke spa dulu untuk relaksasi,” aku Olivia. Karena alasan ini, akhirnya perempuan yang juga berbisnis dengan membuka showroom mobil-mobil seken ini mendirikan franchise The Family Spa. “Dari situ, terpikir mengapa tidak saya buka saja tempat pijat. Toh, saya hafal teknik pemijatannya. Saya menggabungkan setiap teknik pemijatan dari satu terapis dengan terapis lain yang saya suka di spa saya ini,” urai Olivia.
Paket jasa relaksasi yang ditawarkan The Family Spaantara lain pijat, body scrub, mandi susu, totok wajah, dan mandi sauna. Tarif untuk bisa menikmati layanan itu berkisar antara Rp180.000-250.000. Untuk jasa senilai Rp250.000 khusus berlaku bagi wanita. Hingga saat ini, strategi promosi The Family Spatetap memanfaatkan internet melalui website.
Selain itu, tim selalu bekerja keras dengan berpromosi lewat sosial media. Semua mitra mengetahui dan mengenal usaha ini melalui media internet tersebut. Melalui internet juga yang akhirnya banyak tawaran dari berbagai hotel di daerah ingin mengajak kerja sama menyediakan layanan spa and massage The Family Spa. Menurut pengamat bisnis Agus W Soehadi, bisnis spa and massage sangat prospektif paling tidak hingga 10 tahun mendatang. Saat ini dapat dikatakan bahwa kebutuhan spa and massage adalah kebutuhan gaya hidup masyarakat perkotaan.
Selain untuk melepas mengembalikan kesegaran badan, spaandmassage dianggap menaikkan prestise seseorang. Lebihdari itu, spa and massage adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang, khususnya untuk merawat kecantikan dan menjaga kesehatan tubuh. Cara pandang seperti ini akhirnya mendapat penilaian tersendiri dari warga urban bahwa spa and massage tidak saja lebih dari sebuah kebutuhan, tetapi juga telah menjadi gaya hidup yang mesti dipenuhi.
Karena itu, tidak ada salahnya jika banyak pebisnis pemula yang sekarang membidik peluang ini. Dengan tanpa modal yang begitu besar, sekitar Rp30- 50 juta, seseorang sudah bisa membuka bisnis spa.
Bahkan lebih mudah lagi jika mengikuti konsep waralaba karena semua paket, dari terapis berkualitas, jaminan kualitas bahan baku spa, hingga penggunaan merek telah disediakan. Hanya, setiap paket yang disediakan memiliki nilai kesepakatan yang berbeda-beda.