Konkret !!! Tiga pentolan utama di balik suksesnya ‘lenggang poco-poco’ sabet rekor dunia
written by Jeffrey Rawis
August 5, 2018
BENDERRAnews, 5/8/18 (Jakarta): Heboh dan benar-benar menggemparkan perfoma aksi puluhan ribu pelakon ‘lenggang poco-poco’, Minggu (5/8/18) di Jakarta, dan sejumlah kota se-Nusantara, di antaranya Makassar dan Manado.
Simak saja berbagai media mainstream, baik televisi, radio, media ‘online’, rata-rata sejak pagi hingga berita ini diolah (12.30 WIB), didominasi oleh tayangan pentas budaya akbar I donesia tersebut.
Tak terkecuali di semua media sosial (Medsos), mulai dari WhatsApp, Facebook, Instagram, Line, Youtube, dan seterusnya, dipenuhi dengan informasi, foto maupun video ‘lenggang poco-poco’ yang diperkirakan dilakoni 65.000 orang.
Roy Nicholas Mandey, selaku Ketua Harian kegiatan ketika dikonfirmasi BENDERRAnews mengungkapkan, hingga memasuki jam 12.00 WIB, di Instagram sudah mencapai 2000 post untuk hestek #pocopocogwr2018. “Dan tren sebegini biasanya akan berefek terus secara akumulatif berganda hingga ratusan ribu, bahkan bukan tidak mungkin jutaan,..apalagi poco-poco ini memang sudah digemari secara lintas negara”, tuturnya, Minggu, 5/8/18.
Wajar saja jika aksi massal ini berhasil menyabet rekor dunua versi Guiness World of Record.
Johny datang jam 03.00
Tetapi, bagaimana dan siapa sesungguhnya di balik upaya besar mengangkat salah satu produk kearifan lokal Nusantara ini menembus pengakuan sekaligus meraih rekor dunia?
Sesungguhnya, dari sekitar tujuh sosok utama yang peduli produk budaya berbasis karakter komunal Indonesia tersebut, tercatat tiga di antaranya sebagai pentolan aksi.
Mereka ialah, Theo L Sambuaga yang kemudian diangkat sebagai pimpinan tim penasihat, lalu Letjen TNI Pur Johny Lumintang, sosok prajurit nasionalis profesional didaulat menjadi ketua panitia, lalu Roy Mandey (ditunjuk jadi ketua harian).
Kebetulan ketiganya juga masih aktif dalam membina sebuah Ormas bersifat nasional yang resmi terdaftar Kemdagri RI, yakni Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP). Theo masih sebagai Ketua Dewan Penasihat, Johny di posisi Dewan Kehormatan/Pinisepuh, sementara Roy salah satu Wakil Ketua Umum.
Organisasi nasional ini memiliki visi mengejawantahkan tanpa pamrih upaya “melestarikan, meneruskan, menularkan Jiwa-Semangat-Nilai (JSN) perjoangan peristiwa heroik 14 Februari 1946, yakni Negara Proklamasi Republik Indonesia 17.08.45, Pancasila, UUD 45, Sumpah Pemuda 1928, Bhineka Tunggal Ika, Sang Dwi Warna Perkasa Merah Putih”.
“Wow, pak Johny Lumintang itu sama dengan bung Theo, kerja mereka perfect, tuntas, lugas. Asal Anda tahu aja, pak Johny itu sudah siap bersama all panitia poco-poco termasuk bung Fernando Repi sejak jam 03.00 subuh Minggu pagi tadi. Walaupun kurang sehat, beliau tetap hadir bersama all panitia inti poco-poco,” ungkap Roy.
Sejam kemudian, tuturnya, Theo Sambuaga bersama beberapa anggota timnya tiba di lokasi.
Johny yang mantan Pangkostrad dan Pangdam Cenderawasih memang mengajak panitia sigap dalam membuktikan karya budaya bangsa ini, yang nyaris dicaplok beberapa tetangga sebagai made in mereka.
“Diharapkan pemecahan rekor dunia ini selain mampu meningkatkan harga diri bangsa Indonesia, mampu pula melestarikan, mengembangkan budaya asli Indonesia, serta meningkatkan Industri Pariwisata Indonesia melalui olahraga rekreasi masyarakat,” kata Ketua Umum Panitia Pemecahan Rekor Dunia Poco-poco, Letjen TNI Pur Johny Lumintang.
Theo dan GPPMP
Mau tahu lebih lanjut kisah awal pentas massal budaya Nusantara ini? Simak lebih lanjut ceritanya.
Sesungguhnya, ide dan prakarsa awal kegiatan massal ini, digerakkan beberapa orang yang peduli dengan upaya melestarikan dan mengembangkan budaya Nusantara. Itu terjadi di awal tahun ini, jelang DPP GPPMP menggelar “ziarah merah putih” di TMP Kalibata.
Di antaranya pakar marketing Hermawan Kertajaya, juga beberapa fungsionaris Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 1946 (GPPMP) seperti Wakil Ketua Umum DPP GPPMP, Roy Nicholas Mandey yang juga Ketua Umum DPP Asiosasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Fernando Repi (salah satu Ketua DPP GPPMP) dan Sekjen DPP GPPMP, Teddy Matheos, Gretty Tielman (Tim Satkersus DPP GPPMP) bersama pakar olahraga Dr Lily Greta Karmel, MA (Badan Standardusasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan Indonesia) Kemenpora.
“Saya datang buru-buru, setelah dikontak bung Theo. Setibanya di kantor beliau, sudah ada bu Gretty dan doktor Greta, pak Hermawan dan bung Roy. Ketum DPP GPPMP, bung Jeffrey Rawis kebetulan sedang dampingi kawan-kawan untuk persiapan ziarah merah putih,” ungkap Teddy.
Disebutkan juga, Gretty dan doktor Greta membawa misi Kemenpora. Mereka menginformasikan banyak hal, hwal poco-poco yang tak saja menasional, tetapi mulai mendunia.
“Iya..saat itu ada bung Teddy Matheos, ibu Grety deng kitorang GPPMP pe pasukan..yang datang deng Hermawan Kartajaya ke kantor Berita Satu lantai 8 for baku dapa deng Bung Theo,” Roy membenarkan, dengan sedikit gunakan logat Minahasa.
Mereka semua mendatangi Ketua Dewan Penasihat GPPMP, Theo L Sambuaga untuk membicarakan lebih lanjut progres aksi akbar budaya Nusantara ini, sekaligus meminta kesediaan untuk menjadi Pimpinan Organizing Committee (OC).
Theo yang juga Presiden Lippo Group dan mantan Presiden Komite Politik Uni Parlemen Se-Dunia (Inter Parliementary Union-IPU), merespons hangat, apalagi ada dugaan ada negara tetangga sedang berusaha mengklaim goyang poco-poco sebagai miliknya.
Dia bersedia menyuport aksi massal budaya Nusantara tersebut dengan menggerakkan jejaring nasional hingga internasionalnya.
Namun, Theo yang masih menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Golkar ini menyarankan sekaligus meminta agar tim ini segera menghubungi Letjen TNI Pur Johny Lumintang, mantan Dubes RI untuk Republik Filipina untuk jadi Ketua OC. Itu karena, demikian Theo, untuk kegiatan sebegini sebaiknya dipimpin sosok independen, dalam artian tidak ada terikat dalam satu kegiatan politik.
“Kita harus bergerak cepat dan tuntas,” tegas Theo yang pernah beberapa kali menjadi menteri dan pimpinan utama Komisi Keamanan dan Luar Negeri serta Badan Kerjasama Antar Parkemen (BKSAP) DPR RI ini.
Ia sepakat dengan premis Ketua Umum DPP GPPMP, Jeffrey Rawis dan Sekjennya, Teddy Matheos serta Ketua Harian, Ruddy Sumampouw. “Bahwa jelas dan tegas, ‘lenggang poco-poco’ merupakan ujud budaya yang lahir dari kearifan lokal Nusantara yang bhineka, utamanya berbasis keceriaan serta spirit komunitas rakyat-rakyat di Sulut-Maluku-Papua-NTT”.
Bagi GPPMP, dari poco-poco kemudian telah berelaborasi dengan lahirnya ‘tari maumere’, ‘goyang tobelo’, hingga ada yang terbaru ‘donci tomohon’ (ini lagi tren di sana). “Maar, sebelumnya so ada itu ‘masamper & pato-pato sangihe talaud’, ‘sajojo deng yospan papua’,” ungkap Jeffrey Rawis tentang unsur-unsur kearifan lokal sendra-nada khas Indonesia ini.
“Semuanya sendranada riang gembira dari Bumi Nusantara, ‘Benua Maritim’ Indonesia di bahagian timur, yang juga merefleksikan ucapan syukur kepada Sang Khalik atas ciptaan-NYA, yakni alam raya Indonesia yang kata Bung Karno bak ‘ratna mutu manikam, atau Koes Plus bilang ..kolam susu,” sambung Jeffrey Rawis,
Presiden Jokowi ikut bergoyang
Dan di hari-H, benar-benar dahsyat. Fakta buktikan spirit bersatu untuk eksis bersama tanpa peduli aneka latar, tersuguhkan lewat performa aksi budaya akbar ‘lenggang poco-poco’.
Tengok saja, Presiden Joko Widodo pun larut bersama massa pesenam ‘lenggang poco-poco’ massal, sekaligus membuka, bahkan ikut serta dalam senam tarian terbesar yang ditujukan untuk memecahkan rekor dunia Guinness World of Record di sisi barat Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Minggu pagi (5/8/18).
“Selamat berpoco-poco, semoga kita semuanya sehat, rakyat kita sehat, negara kita kuat,” kata Presiden, yang bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo di lapangan Silang Monas.
Lantunan lagu “balenggang pata-pata, bagoyang pica-pica, ngana pe bodi…poco poco ..” dan seterusnya, menggema di Monumen Nasional (Monas), Jalan MH Thamrin, hingga Jalan Jenderal Sudirman, Ibu Kota Jakarta (area car free day). Barisan puluhan ribu massa yang mengenakan pakaian berwarna merah-putih bergoyang, menari mengikuti irama.
Selain Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi yang didampingi sang Ibu Negara, Iriana Jokowi, hadir pula banyak tokoh serta pejabat tinggi dalam pemecahan rekor dunia Poco-poco di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (5/8/18).
Tampak Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bersama istri, Mufidah Jusuf Kalla, ikut menyemarakkan pemecahan rekor dari Guinness Word of Records tersebut. Selain itu, ada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Sejumlah menteri pun hadir, di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
Massa yang juga mengenakan ikat kepala bercorak batik itu, memadukan tarian Papua dan gerakan mendayung, memanah, menombak, serta pencak silat, ke dalam tarian Poco Poco. Tujuannya, guna mensosialisasikan perhelatan akbar olahraga Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang 18 Agustus 2018 mendatang.
Sepuluh menit berlalu, sejarah baru pun tertoreh buat Indonesia. Tarian Poco Poco yang dilakukan oleh puluhan ribu orang itu tercatat dalam Guinness World of Record.
Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla kelihatan beriang gembira dalam acara yang diikuti oleh 65.000 peserta itu.
Peserta senam untuk memecahkan rekor dunia itu antara lain meliputi 10.000 anggota TNI, 5.000 anggota Polri, 6.700 pegawai kementerian/lembaga negara, 27.000 murid SMA di DKI Jakarta, 3.000 guru olahraga SMA se-DKI Jakarta, 800 pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah DKI Jakarta, serta 1.000 mahasiswa di wilayah DKI.
Selain itu ada 2.500 dharma wanita kementerian/lembaga, 5.000 anggota Formi DKI, 2.000 anggota pusat kebugaran dan sanggar senam, serta 1.000 perwakilan lintas agama dan lingkungan RT/RW, dan 1.000 warga perumahan turut meramaikan acara tersebut.
Pejalan kaki CFD menikmati
Pemecahan rekor dunia poco-poco di kawasan Car Free Day (CFD) Sudirman-Thamrin pada Minggu (5/8/18) ternyata tidak mengganggu warga ibukota para pejalan kaki dan kalangan pesepeda (gowes).
Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmiko mengatakan, masyarakat tetap mengunjungi area CFD seperti biasa.
“(Memang) tidak ada pelarangan atau pun pembatalan terkait pelaksanaan Car Free Day. Jadi, antara kegiatan senam poco-poco dengan Car Free Day berjalan beriringan,” kata Sigit.
Sigit menyebut, panitia pemecahan rekor juga menyiapkan pembatas area antara partisipan pemecahan rekor poco-poco dan masyarakat umum.
“Bahkan para pejalan kaki banyak yang menikmati, malah ada pula yang ikut ber-‘lenggang poco-poco,” demikian Fernando Repi, seperti dirangkum dari BeritaSatu.com, Kompas.com, Suara Pembaruan, ANTARA, The Jakarta Post, BeritaManado.com, SOLUSSInews, berikut laporan Coretta Kapoyos serta Teddy Matheos dari lokasi acara. (CS-BS/SP/KC/JP/SN/jr)
Post Views: 319
FacebookTwitterGoogle+WhatsAppSambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar