Rabu, 26 Juni 2019

Pikun

🚩 Sekedar boleh tau :

Proses pikun yg sedikit atau  banyak yg tidak disadari & mungkin bisa dialami oleh siapapun juga.

Untuk kita *yg berusia 45-60 tahun,*
mungkin memiliki orangtua berusia 70-90 tahun.

Sharing berikut *memberikan dua makna ~ yaitu :* 🚩 "menyiapkan diri menghadapi orangtua lansia"
*dan juga*
🚩 "menyiapkan diri dalam 20-30 tahun lagi menjadi lansia.

Perlu membahas dgn anak yg sdh besar. "

👉 Bagus banget buat yg tinggal bareng ortu.

Sumber : Shirley Theresia.

Tercenung membaca tulisan Bu S. Mara GD ini.

"Sekadar sharing :
Orang yang mulai memasuki tahap pikun,
perangainya berubah drastis.

Waktu Mama pada tahap itu,
perangainya minta ampun ajaibnya dan sangat menguji kesabaran.

Pada saat itu Mama belum ada gejala pikun.

Masih bisa baca koran,
diajak bicara jawabannya masih normal,
segala sepertinya masih ingat.

Tapi perangainya berubah,
di antaranya selalu mencari kesalahan orang di sekitarnya.

Segala yang dilakukan orang lain tidak ada yang bener,
pasti dikritik ini salah,
itu salah.

Misalnya,
aku lagi masak,
lalu Mama muncul di dapur,
dari jarak 3 meter dia tanya,
"Masak apa ?"

Dan setelah aku jawab,
Mama akan bilang,
"Pasti tidak kamu kasi gula !"
( atau garam,
atau apalah pokoknya. )

Kan menjengkelkan toh,
lha wong dari jarak 3 meter,
belum dicoba,
kok tau tidak dikasi gula atau garam ato apa.

Tapi begitulah.

Belakangan aku baru mengerti bahwa Mama berbuat itu *untuk membuktikan* kepada dirinya sendiri dan orang lain,
bahwa dia *masih*
yang paling benar,
yang paling pandai,
yang paling tahu.

Keanehan lain,
Mama selalu merasa orang lain membicarakan dia.

Asal lihat orang lain berbicara,
Mama bilang,
"Ngrasani aku apa ?"

Jadi paranoid.

Selalu curiga orang ngerasani dia.

Yang ketiga,
selalu merasa orang lain mencuri barangnya.

Selalu menuduh orang lain mengambil barangnya.

Dari duit,
sampe makanan,
sampe pakaian,
sampe kunci dah apa saja,
pasti barangnya dicuri orang.

Yang keempat suka mengarang cerita bohong.

Tidak ada peristiwa itu tapi bisa mengarang seolah-olah terjadi sungguh-sungguh.

Dalam hal ini ceritanya selalu orang lain berbuat jahat kepadanya,
merasa dizolimi gitulah istilahnya.

Yang kelima,
selalu memberontak.

Orang ngomong kiri,
dia malah sengaja ke kanan.

Pokoknya sama sekali tidak mau dibantu, tidak mau diatur,
tidak mau nurut sama sekali.

Supaya dia mau pake pampers aja,
harus bertengkar dulu,
karena ga mau.

Proses ini pada Mama terjadi sekitar 10 tahun.

Dari mulai pikunnya tidak kentara,
hingga akhirnya masuk ke kategori pikun.

Setelah masuk ke tahap pikun,
perangainya berubah 180 derajat.

Mama menjadi seperti anak manis,
100% menurut dan hepi selalu tertawa.

Sudah lenyap segala sifat antiknya.

Mengapa aku berbagi pengalaman ini ?

Banyak anak tidak mengerti bahwa sebelum kita melihat gejala pikun itu pada orangtua kita yang lansia,
mereka sendiri sudah merasa ada penurunan kemampuan,
dan mereka berusaha memeranginya,
tidak mengakuinya,
menutupinya,
supaya orang lain tidak tahu.

Karena itulah perangai mereka berubah.

Mereka mau
selalu dianggap benar,
selalu dianggap bisa,
selalu dianggap tahu segala.

🚩 Itu adalah respons yang alami terutama pada orang-orang lansia yang tadinya sangat kapabel dalam segala hal.

Pada lansia yang tadinya tidak terlalu kapabel,
perubahan perangai itu tidak terlalu parah.

Jadi bila kita menghadapi lansia yang menurut kita masih "normal" tapi perangainya berubah ajaib.

✅ Kita *harus sadar* bahwa lansia itu *sudah akan* pikun.

Ini supaya kita tidak stress menghadapinya dan kita bisa menyusun kiat untuk mengatasinya.

Fase ini akan lewat setelah lansia itu benar-benar masuk tahap pikun.

👉 Yang sabar aja selama tahun-tahun transisi itu.

Mereka tidak bermaksud menyulitkan hidup anak-anaknya,
itu adalah sesuatu yang tidak bisa mereka perangi.

Jangan dimusuhi,
jangan dijahati,
jangan dicuekin walaupun ini merupakan ujian kesabaran bagi kita.

Jaga aja kesehatan mereka,
dampingi mereka,
rawat mereka baik-baik supaya panjang umurnya dan bila nanti orangtua kita benar-benar pikun,
kita punya kehormatan untuk merawat mereka seperti merawat anak balita kita.

Saat itulah kita bisa membalas sedikit budi baik mereka yang telah membesarkan kita."

Semoga bermanfaat.

👏🏻👏🏻👏🏻

Tidak ada komentar:

Posting Komentar