Selasa, 25 Desember 2012

EMPU DAN KERISnya


Sebatang besi ditempa oleh sebuah palu dengan kekuatan tubuh seorang empu, di atas bara api yang selalu membara, selama bertahun-tahun, bukan karena kebencian empu kepada sebatang besi itu, tapi justru karena kecintaannya. Sebatang besi itu pun pasrah menerima setiap tempaan palu yang digoyangkan oleh lengan empu. Sebuah persahabatan antara manusia dan benda mati yang mampu mengalirkan energi positif dan selaras hingga menjadi sesuatu yang jauh lebih indah baik luar maupun dalam, ialah 'keris'.


Layaknya 'keris', Tuhan menempa kita dengan berbagai cobaan dan ujian, bukan karena Ia membenci kita, tetapi justru mencintai kita. Ketika kita sadar bahwa Tuhan begitu mencintai kita, maka aliran energi positif dan selaras itu pun muncul dengan sendirinya, tanpa paksaan, dan semua menjadi baik-baik saja. Sebuah persahabatan seperti 'empu dan keris' ini berhasil membuat kita jauh lebih indah baik luar maupun dalam, ialah 'jati diri'.

Menakjubkan.. liukan keris itu serupa dengan liku hidup kita, hasil tempaan 'Sang Empu'. Ketegaran 'keris' itu sama halnya dengan kesiapan kita dalam menghadapi setiap perubahan. Kekokohan gagang 'keris' itu ibarat kekuatan prinsip hidup yang akan menggerakkan kaki dan tubuh kita. Dan permata merah delima itu adalah kecantikan dari dalam yang terpancar keluar oleh energi positif kita. Juga 'sarung keris' itu adalah tempat dimana kita menyelamkan diri dalam kontemplasi, keheningan, semedi, dan doa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar