Kamis, 19 April 2018

Dahlan Iskan tentang mahasiswi.wa di Tiongkok

*Foto: Dahlan Iskan bersama mahasiswa Indonesia penerima beasiswa melalui Yayasan Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITC Centre) di Nanjing*
*Menengok Si Jilbab di Nanjing*
Mereka berjilbab. Tapi ngomong Mandarinnya… Haiiyyaaa… saya kalah.
Mumpung dekat Nanjing, saya telepon mereka: maukah makan siang dengan saya? Dalam sekejap lima mahasiswa menyahut WeChat saya: Siaaaap….
Waktu itu saya masih di dalam kereta peluru. Dari Shanghai. Satu jam lagi tiba di Nanjing. Kami janjian pukul 13:00. Makan siang. Berarti dua jam lagi. Saya ajukan lima pilihan restoran. Mereka pilih yang 海低捞 di 中山西路。Alasan mereka dekat masjid.
Itulah restoran top di Tiongkok sekarang ini. Di tiap kota pasti ada cabangnya. Juga di Los Angeles, Tokyo dan Singapura. Saya akan menulis kehebatan manajemennya. Kapan-kapan.
Inilah untuk pertama kalinya: saya menengok ‘mahasiswa saya’. Mereka kuliah di Nanjing ikut program beasiswa. Dari yayasan yang saya dirikan: Indonesia Tionghoa Culture Center. ITCC. Tahun lalu ITCC kirim 350 calon mahasiswa untuk kuliah di Tiongkok.
Tiap tahun begitu. Sudah tujuh tahun lamanya. Dan masih akan terus. Total sudah lebih 1.000 yang kuliah di Tiongkok atas beasiswa yang dikoordinasikan ITCC.
Sambil makan siang kami pun ngobrol panjang. Seru. Empat mahasiswi berjilbab. Plus satu mahasiswa lulusan pesantren Darul Hijrah Martapura Kalsel: Khairul Anwar. Kami ngobrol campur aduk; bahasa Mandarin, Indonesia, Jawa dan Banjar.
Khairul sendiri mahir berbahasa Arab. Dan Inggris. Pesantren Darul Hijrah memang binaan Pondok Modern Gontor Ponorogo. Sampai tahun ini sudah 50 alumni pondok Darul Hijrah kuliah di Tiongkok. Hanya kalah dari pondok Nurul Jadid Probolinggo dan SMA NU Gresik.
Sudah dua tahun mereka di Nanjing. Ambil mata kuliah bisnis internasional. Tinggal satu tahun lagi. Lulus.
Mereka ini ternyata mahasiswa yang gigih. Lihatlah saat mereka libur dua bulan. Sekitar tahun baru Imlek. Mereka cari kerja. “Saya jadi pelayan di restoran,” ujar Dinda Putri Ariyani, asal Sidoarjo. “Saya juga,” timpal Fattya Rosyana Oktovia asal Balikpapan.
Untuk cari uang. Dan cari pengalaman. Mumpung banyak karyawan mereka libur. Mudik masal ‘’lebaran Imlek’’.
Khairul beda: main band. Bersama empat mahasiswa asal Indonesia lainnya. Dia pegang bas. Nama bandnya gaul: Gaduh. Sering dapat job. Untuk pesta kawinan orang Nanjing. Dengan lagu-lagu berbahasa Inggris. Untuk menaikkan gengsi pesta perkawinannya.
Khairul kelihatan ceria selalu. Padahal hatinya lagi galau. Pacarnya yang di Sampit kirim WA: minta putus. Mau kawin. Terlalu lama menunggu Khairul pulang. Khairul pun menangis. Dua hari. Lalu menghapus semua foto pacarnya. Juga nomor teleponnya.
Habis makan kami pun jalan kaki ke masjid. Sholat dzuhur. Khairul jadi imam saya. Inilah masjid yang sangat tua. Dibangun tahun 1653. Sebelum komunisme lahir.
Dalam hal keluarga mereka sama: kangen ibu. Dalam hal makanan mereka juga sama: kangen makan tempe. Dasar mahasiswa jurusan bisnis mereka jadikan itu bisnis. Bikin tempe. Dijual ke mahasiswa Indonesia lainnya. Di Nanjing saja ada 800 mahasiswa kita.
Saya jadi merasa berhutang kepada mahasiswa di universitas lainnya.
Citra Adetia Rahayu, misalnya. Mahasiswi Universitas Islam Indonesia Jogja yang lagi kuliah di Nanjing Xiaozhuang University. Citra terus saja WeChat saya. Minta ke Universitasnya. UII memang bekerja sama dengan NXU. Seperti Citra. Dua tahun pertama kuliah di UII. Dua tahun berikutnya kuliah di NXU Nanjing. Kelak Citra dapat gelar S1 dari dua universitas itu. Sarjana akuntansi.
Mereka itu semua memiliki nama Mandarin. Untuk memudahkan pergaulan. Terlalu sulit bagi orang Tiongkok untuk mengingat nama seperti Citra Adetia Rahayu. Maka dia diberi nama 康圣仙 (Kang Sheng Xian). Apalagi nama seperti Bernita Cahyaning Anuraga dari Sidoarjo. Sampai mati orang Nanjing gak akan bisa mengucapkannya. Maka Bernita diberi nama 陈香丽 (Chen Xiang Li). Sedang Desi Damayanti juga dari Sidoarjo diberi nama 林亚婷 (Lin Ya Ting).
Semua dosen memanggil mereka dengan nama Mandarin. Hanya dosen bule yang selalu memanggil nama asli mereka.(dis)

中文故事

01

一夜没睡,一直在想一个问题,西游记演了三十几年了,沙和尚的担子里挑的究竟是什么

要说是衣物,四个人从来没换过衣服;要说是吃的,可每回他们不是去求斋饭,就是大师兄去采野果;你要说是土特产,取到真经了还挑回来?

愁的我实在是睡不着,最后我终于猜到是什么了,这么长时间他们一直是四个人,所以我怀疑是——麻将!

02

一个家庭就像一部西游记:

孩子是唐僧,
一路受着保护,有时还不辩好坏,忠奸不分;

妈妈就像孙悟空,
一路坎坷,不畏艰险,有时还费力不讨好,吃喝拉撒全负担;

爷爷奶奶 姥姥姥爷就像沙僧,
默默付出,不求回报;

爸爸就像猪八戒,
没什么用,就知道吃,一不小心还有可能被妖精勾引了去!

哈哈哈,谁想出来的,太有才了!

03

来点幽默:

昨天去吃火锅,看到火锅店的墙上醒目地写着:羊是自己养的,菜是自己种的,油是自己榨的,提醒顾客放心食用。

买单的时候,我悄悄地跟老板说:老板,这钱是我自己印的,请放心使用!

老板追了我好几条街,没追上。

真有意思,腿是我自己的,想往哪跑往哪跑,跑向充满希望的每一天!

04

一对夫妻,男方姓钱,女方姓许,媳妇怀孕了,双方家里为了孩子到底是姓钱,还是姓许的事闹到差点离婚。

结果孩子生下来,问题解决了,双胞胎!

然后一个叫许多钱,一个叫钱许多!!!

05

问:什么样的男人最专一?
答:开火车的男人。

问:为什么?
答:因为出轨就得死。

问:世界上最不忠心的是什么?
答:是钱,说好的一起出门,然后它就不跟你回来了。

问:世界上最忠心的是什么?
答:是肉,怎么甩也甩不掉。

06

什么叫步步惊心?

一辆面包车塞了14个人,坐在后面一乘客很不高兴地说:师傅,你这是超载,被逮着要扣不少分呢!

司机回头淡定地冷笑道:扣分,那得有驾照!
顿时,无数倒吸凉气的声音弥漫在车厢……

又一乘客问:没有驾照你也敢开啊?
司机说:没事,酒壮人胆,中午饭喝了一斤二锅头,老子怕啥!

然后又有一乘客问:为啥不考驾照呢?
司机:两千多度的近视眼,右腿还是假肢,怎么考!

又有一位乘客问道:你不怕无证驾驶要判刑吗?
司机:老子有精神病,怕他干嘛?全车人鸦雀无声!

一位乘客哆哆嗦嗦地说,师傅,我要下车!
司机:下什么车!刹车早坏了!抓稳,下坡了!
太好笑了,不要偷着乐,赶紧发给群里的朋友们看看!大家开心才是真的开心~
(放到您圈子里,朋友们会感激您)[爱心传递]