Jumat, 24 Agustus 2018

Kasus Tanjung Balai

*ADA HTI DIBELAKANG KASUS MEILIANA*

www.dennysiregar.com

Permasalahan kasus Meiliana sebenarnya bukan semata masalah speaker. Bahkan jika dia kentut pun saat berjalan di depan masjid, vihara akan tetap dibakar dan Meiliana akan terkena hukuman penjara.

Permasalahan utamanya ada kelompok ormas berbaju agama sedang mencari isu dan terus menerus menekan dengan kekuatan massa.

Dalam laporan penelitian "Rekayasa Kebencian dalam Konflik Agama: Kasus Tanjung Balai" yang dibuat oleh Siswo Mulyartono, Irsyad Rafsadi dan Ali Nursahid dari Pusat Studi Agama dan Demokrasi, Yayasan Paramadina, disebutkan masyarakat setempat sebenarnya tidak ada masalah dengan itu.

Seperti ditulis Tirto id ada tekanan dari ormas seperti FUI, HTI dan pesantren Al Wasliyah disana. Inilah penyebab utamanya. Loh, kok masih ada HTI? Ya, HTI baru dibubarkan Juli 2017, sedangkan ini kasus 2016.

Meiliana kemudian dilaporkan atas "penistaan agama" pada Desember 2016. Ingat, peristiwa pada bulan yang sama kelompok ormas ini juga mendemo Ahok atas penistaan agama. Dan bukan hanya laporan saja, tekanan demi tekanan massa datang ke MUI Sumatera Utara untuk keluarkan fatwa.

Sesudah MUI kalah suara, tekanan berikutnya datang ke kepolisian untuk segera memproses berkas dan menjadikan Meiliana tersangka. Polisi lalu mentersangkakan Meiliana, dan melemparkannya ke pengadilan.

Dan dalam setiap sidang di pengadilan, massa dari kelompok ormas itu terus datang dan menekan, sehingga hakim menjatuhkan keputusan yang sangat tidak berkeadilan . Itupun mereka belum puas, "Kurang lama.." Katanya.

Jadi inti permasalahannya adalah di beringasnya ormas yang menekan alat negara demi tujuan mereka. Ndilalah, alat negara daerah kalah karena tekanan itu. Mulai polisi sampai pengadilan tidak kuasa untuk menjaga hukum sebagai panglima, karena mengikuti tekanan arus massa.

Kenapa ormas yang membawa massa itu bisa menang dan alat negara bisa kalah? Karena situasi itu sudah berlangsung selama puluhan tahun lamanya.

Bibit-bibit radikalisme melalui ormas-ormas ini yang dipaparkan HTI sudah mendekam begitu lama dan mempengaruhi banyak elemen masyarakat dan pemerintahan. Bisa juga aparat dan kehakiman. Wong di beberapa universitas negeri saja Guru Besarnya sudah keracunan.

Jadi tidak mudah memang untuk memberantas mereka. Ibarat kanker, Indonesia sudah berada di stadium 4. Menyembuhkannya tidak bisa langsung sikat, harus bertahap. Di kemo istilah mudahnya.

Apa yang dilakukan Jokowi dengan membubarkan HTI itu sudah langkah sangat maju. Diketahui dulu virusnya, baru tetapkan pengobatannya. Tapi bukan kemudian serta merta Indonesia sehat. Butuh waktu untuk membersihkan virus yang sudah kadung menyebar.

Jadi jangan dikit-dikit salahkan Jokowi. Lihat masalah lebih luas, kita baru bisa mengerti.

Ibaratnya, elu datang ke dokter dengan penyakit sudah parah. Dokter baru ngobatin sekali, eh gak terima. 'Kok gak langsung sembuh?? Dokternya payah!!' Ngeselin kan?

Bagaimana supaya Indonesia bisa sembuh dari radikalisme?

Jangan mikir sembuh dulu, lihat dimana virus itu bersembunyi. Lihat dimana HTI berpihak, disanalah mereka berkembang biak.

Dan bayangkan jika mereka menang dan berkuasa, mereka akan menggerakkan ormas-ormas berbaju agama dan mengerahkan massa untuk menekan lebih kuat. Habis kita semua. Meliana-Meliana baru akan bermunculan. Bisa anda, saya dan kita semua yang kena.

Jalan satu-satunya biarkan Jokowi menuntaskan pekerjaan rumahnya. Pembubaran HTI itu sudah jadi ukuran, bahwa dialah dokternya. Berikan kesempatan dia untuk obati penyakit ini setahap demi setahap, dan kita dibelakang memberikan dukungan bukan malah menyalahkan dan mencaci makinya.

Seruput kopinya?

https://www.dennysiregar.com/2018/08/ada-hti-dibelakang-kasus-meiliana.html?m=1

Golden words XiJp

*GOLDEN WORDS FROM PRESIDENT XI JIN PING*

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
○○○○○○○○○○○○○○○○○○

习近平在杭州的演讲,引用了一句非常经典的话:
_*Presiden RRT Xi Jin Ping berpidato di Hangzhou saat G-20, menggunakan  ungkapan ungkapan Tiongkok yg. sangat klasik:*_

“以金相交,金耗则忘; 
*Berteman karena uang, uang habis persahabatan juga dilupakan.*

以利相交,利尽则散;
*Berteman karena keuntungan, setelah tiada keuntungan akan bubar.*

以势相交 ,势败则倾;
*Berteman karena kekuatan, kekuatan kalah maka hubungan akan runtuh.*

以权相交 ,权失则弃; *Berteman karena kekuasaan, kekuasaan hilang maka akan ditinggalkan.*

以情相交 , 情断则伤; *berteman karena perangai perasaan, perasaan putus akan terluka.*

唯以心相交,方能成其久远。
*Hanya berteman dengan hati tulus, barulah akan langgeng.*

合伙做事也好,人际交往也好,都应珍惜缘分
*Baik dalam kerja sama, maupun dalam hubungan sosial, tetap harus menghargai jodoh  persahabatan.*

珍惜时光;以善为念
*menghargai waktu, berpikiran berbuat baik.*

学会感恩;以诚相待
*Belajar _bersyukur_, dengan tulus memperlakukan orang !!*

以心相交
*Bergaul dengan hati*

与高者为伍
*Berteman dgn orang bijak.*

与德者同行
*Berjalan bersama orang berakhlak.*

必得善果
*Pasti memperoleh buah karma yang baik !*

感悟:
*Sadarlah !*

心存至善
*Hati dipenuhi dengan niat baik*

你的人生必有一片祥云"
*Kehidupan kamu pasti terdapat awan kemujuran*!

*_Ingat jadilah Orang yang penuh Belas Kasih , Tulus membantu yang membutuhkan, Saling menghargai sesama , bijaksana dan tanpa adanya rasa perbedaan , jauhkan diri dari sifat EGO,  IRI HATI, CEMBURU, SOMBONG... Ataupun menyakiti perasaan orang_*

_Rendahkan hati seperti air yang selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah ._

*Hidup ini TIDAK KEKAL SELAMA2NYA*
*Kita dilahirkan tidak membawa apa - apa dan waktu kita meninggalkan dunia ini juga tidak bisa dibawa pergi*.

          ————习近平 *XiJP*.

*GOLDEN WORDS from XiJP in G-20*
♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢♢

Imunisasi di Indonesia

Fase sulit bagi Indonesia!
Tantangan untuk eliminasi campak terbentur mahalnya sebuah "harga diri" yg harus ditebus dengan penolakan memberi perlindungan pada anak sendiri.
Sungguh IRONIS!

Pada era 70-an dan sebelumnya, sangat mudah menjumpai orang lumpuh karena post Polio, penderita TBC di mana2, hampir semua pernah sakit campak dan yg meninggal tdk tercatat banyaknya, penderita difteri di ruang isolasi RS bergiliran menunggu ajal, suara batuk anak2 karena pertusis bagaikan paduan suara miris yg terdengar sepanjang hari, kejang tetanus mengantarkannya ke liang lahat, typhus, kolera tak kalah menakutkan bagi yg ingin umur panjang, penyakit cacar yg membuat bopeng muka juga terjadi di mana2.
Pada era tsb masih sangat sedikit tenaga kesehatan termasuk puskesmas.
Pada akhir 70-an, imunisasi cacar dan kotipa (tipus, kolera, paratipus) mulai diberikan dan di akhir 80-an ke 4 penyakit tsb dinyatakan tdk membahayakan lagi bahkan penyakit cacar berhasil di eradikasi.

Pada era 80-an, Indonesia mulai memperkenalkan vaksin lainnya yaitu BCG unt mencegah menderita Tbc yg berat, Polio untuk mencegah penyakit lumpuh karena Polio, DPT untuk mencegah tertular penyakit difteri pertusis dan tetanus, Campak untuk mencegah penyakit campak.
Pada era ini mulai dibangun banyak puskesmas dan posyandu di setiap desa, dan setelah diberikan penyuluhan masyarakat berbondong-bondong datang ke Posyandu dan Puskesmas rela antri untuk mendapatkan imunisasi. Masyarakat yg membutuhkan untuk diimunisasi!
Dipenghujung era 80-an atau tepatnya pada th 1990, Indonesia dinyatakan telah UCI (Universal Child Immunization), sebuah prestasi yg dihasilkan atas kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.

Pada era 90-an sampai 2000, penyakit Tbc, Polio, difteri, pertusis, tetanus, dan campak mulai berkurang jumlahnya dan mulai jarang dijumpai, namun antusias masyarakat untuk imunisasi masih tinggi.

Pada era 2000an hingga sekarang, seiring dengan semakin jarang ditemukan penyakit2 yg dapat dicegah imunisasi karena keberhasilan program imunisasi dan pergantian generasi membuat generasi baru tidak lagi mengenal penyakit Tbc, Polio, difteri, pertusis, tetanus dan campak.
Akibatnya mereka merasa tidak membutuhkan Imunisasi dan dengan berbagai alasan dicari untuk menghindari imunisasi bahkan yg paling ironis ada kelompok yg dengan sengaja menolak Imunisasi dan mempengaruhi masyarakat lain mengikuti ajakannya.

Di era menjelang 2020, sungguh sangat memprihatinkan, fondasi Imunisasi yg dibangun sejak 80-an nyaris roboh, para penggerak ANTI IMUNISASI seolah mendapat angin segar dan support luar biasa dari masyarakat/lembaga yg menolak/menunda imunisasi, entah sengaja atau tidak.
KECEWA? Ya! Inilah kenyataan yang kita hadapi.
MENYERAH? Tidak! Dengan segala upaya mencari celah untuk memahamkan mereka, karena semua ini demi mereka, demi anak2 mereka, demi keturunan mereka.

Apakah program imunisasi ini kebutuhan PEMERINTAH? Pemerintah membuat program Imunisasi ini karena masyarakat membutuhkan perlindungan dari serangan penyakit, meskipun pada era sekarang banyak masyarakat tidak memperdulikannya.

Ingat Penyakit Tbc, Polio, difteri, pertusis, tetanus dan campak belum punah, bibit penyakit masih ada disekitar kita, bahkan sejak 2000 penyakit rubela mulai ditemukan di Indonesia dan menambah deretan ancaman bagi yang belum diimunisasi.
Mereka yg selama ini tidak pernah imunisasi tapi tidak sakit itu sebabkan karena dilindungi oleh sekitarnya yg mempunyai kekebalan karena diimunisasi.

Jika penolakan imunisasi semakin LUAS maka Indonesia akan kembali pada situasi era 70-an.... ditambah dengan penyakit yang muncul kemudian antara lain rubela yg berdampak buruk yaitu sindroma rubela kongenital yang cacat seumur hidup.

PIKIRKANLAH SEKALI LAGI jika anda memilih menjadi bagian orang yang menolak imunisasi atau bagian dari yang memberi dukungan kelompok Anti vaksin secara sengaja maupun tidak sengaja.
Tentu anda dan kita semua tidak rela kembali ke situasi era 70-an, dimana anak cucu dan cicit menjadi korban keganasan penyakit yang kita tahu bisa dicegah dengan IMUNISASI. Alangkah menyesalnya kita!
Belum terlambat! Sekarang ubahlah cara pandang bahwa vaksin kita butuhkan sebelum terlambat anak cucu dan cicit menjadi korban.
Sudah banyak contoh antara lain: bln lalu di Semarang 2 anak kakak beradik meninggal karena difteri , mereka tidak pernah diimunisasi karena orangtuanya menolak imunisasi, KLB difteri di Kalimantan & di Sumatera, masih ingat KLB Campak di Asmat, di Maluku, di Alor yg tidak sedikit jumlah yg meninggal, dan juga KLB Polio yang mengakibatkan 346 anak lumpuh cacat seumur hidup, dan masih banyak lagi...

Berita BBC baru2 ini Negara di Eropa, Negara kaya dan kurang apa bersihnya, jika mengabaikan IMUNISASI tinggal tunggu waktu akan panen penyakit "Re-emerging diseases" antara lain Campak, Rubela, Difteri, Pertusis, Tetanus dan  termasuk juga Polio.
Dalam 6 bln pertama di 2018, sudah 41.000 penderita campak dan 37 meninggal.
Jika hal ini terjadi di Indonesia maka angka kematian bisa mencapai 5-10% karena faktor gizi dan sanitasi lingkungan meningkatkan angka kematian akibat komplikasinya.

Silahkan share jika peduli dan prihatin dengan Program imunisasi di Indonesia yg akhir2 ini ada kecenderungan tidak lagi dipahami sebagai kebutuhan masyarakat oleh masyarakat itu sendiri. MIRIS😭😭😭😭😭

Salam Sehat,
dr. Rusipah

#saveyourchild
#saveindonesianchild