Minggu, 21 November 2021

Kisah BianQue

Kisah Tabib Bian Que dan Penyakit Kaisar China

Tersebutlah di era 400 s.d 300 SM di daratan Cina, pada masa pemerintahan Kaisar Chia Huangkung, hiduplah seorang tabib yang sangat ahli bahkan sampai disebut-sebut sangat sakti. Nama tabib tersebut adalah Tabib Bian Que.

Pada suatu hari ketika tiba kembali ke ibukota kerajaan, Tabib Bian Que berkenan menghadap sang Kaisar untuk mengabarkan kondisi kesehatan masyarakat di kerajaan tsb. Setelah usai menyampaikan berita, Tabib Bian Que kemudian berkata :

"Duhai Kaisar yang agung, aku melihat ada penyakit yang menempel pada kulitmu. Perkenankanlah aku mengobatinya."

Kaisar demi mendengar perkataan tsb tentu saja terkejut, namun gengsinya mengalahkan kebijaksanaannya, meskipun yang memberi saran adalah seorang tabib yang sudah tersohor kepandaiannya. Sang Kaisar menjawab :


"Tidak, aku tidak sakit, dan aku tidak berpenyakit. Jika telah usai urusanmu, silakan pergi!"

Setelah mendengar jawaban sang Kaisar tsb, Tabib Bian Que segera berpamitan meninggalkan sang Kaisar, untuk melanjutkan kembali perjalanannya. Sepeninggal sang tabib, sang Kaisar berkata kepada para menterinya :

"Ya namanya saja tabib, tentu saja cuma berniat jualan obatnya. Orang tidak sakit pun diaku-aku sakit."

Hari pun berganti hari, minggu kemudian berganti minggu. Telah 2 minggu semenjak kedatangannya yang lalu, Tabib Bian Que menghadap Kaisar kembali, dan menyampaikan :

"Wahai Kaisarku yang agung, aku melihat penyakit itu sudah memasuki dagingmu. Perkenankanlah aku menyembuhkannya."

Kaisar seketika itu marah, dan berkata lantang :

"Hai Tabib, aku ini sehat-sehat saja, dan tidak berpenyakit. Sudah, pergi saja kau dari sini!"

Sekali lagi sang tabib kembali dari istana kaisar tanpa hasil sama sekali. Dan hal tsb berulang beberapa minggu kemudian saat sang tabib kembali menemui kaisar.

"Wahai Kaisarku yang agung, aku melihat penyakitmu telah memasuki ususmu. Ijinkanlah aku untuk segera menanganinya, sebelum semuanya terlambat."

Sebenarnya kala itu sang kaisar memang telah merasakan rasa sakit yang cukup payah dalam tubuhnya. Namun masih saja rasa gengsinya karena telah dua kali berhasil mengusir sang tabib, mengalahkan kejernihan berpikirnya. Dan sekali lagi sang kaisar menolak permintaan sang tabib, bahkan malah mengusirnya lagi.

Tak berselang lama, sang Kaisar betul-betul jatuh sakit yang amat parah sehingga tak dapat beranjak dari pembaringannya. Barulah kejernihan berpikirnya sebagai seorang raja membawanya utk menekan rasa gengsinya. Ia pun bertitah kepada perdana menterinya utk memerintahkan para pengawal menjemput Tabib Bian Que untuk mengobati sakitnya.

Namun apa yang terjadi kemudian ketika sang Tabib telah datang ke kamar peristirahatan sang Kaisar? Justru demi melihat kondisi sang kaisar, Tabib Bian Que malah langsung balik kanan hingga nyaris berlari pergi. Para pengawal dengan sigap menghalangi langkah sang Tabib. Kemudian perdana menteri memanggil kembali sang tabib untuk memohon penjelasan.

"Kaisarku yang agung dan tuan perdana menteri, maafkanlah aku. Kedatanganku kini sudah terlambat sama sekali. Penyakit kaisar telah memasuki tulang. Jika kemarin masih berada di kulit, aku masih bisa mengobati dengan memberikan ramuan untuk mandi kaisar. Saat penyakit itu masih berada di dalam daging, jarum akupunturku masih mampu menyembuhkannya, dan ketika penyakit itu memasuki usus, aku masih memiliki jamu-jamu untuk menghilangkan penyakit itu. Sekarang aku sudah tidak berdaya mengobati Kaisarku yang agung. Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Hanyalah sang raja neraka yang dapat menyembuhkannya (istilah lain tinggal menunggu ajal). Perkenankan saya mohon diri."

Benarlah apa yg disampaikan sang Tabib, beberapa hari kemudian sang Kaisar pun mangkat karena sakitnya.

Sang putra mahkota setelah pelantikannya sebagai Kaisar pengganti ternyata cukup bijaksana. Ia menyampaikan kepada para menteri dan masyarakatnya, "Sedini mungkin suatu ketidak baikan muncul, haruslah bersegera kita memperbaikinya. Jika telah berlangsung lama, segala sesuatunya akan terlambat dan sia-sia. Rasa malas akan membawa kehancuran. Dan seorang raja dan para pemimpin haruslah terbuka akan pendapat atau masukan dari masyarakatnya, terlebih dari para cerdik pandai dan para ahlinya."


Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kisah Tabib Bian Que dan Penyakit Kaisar China", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/mustaqim_muslimin_abdul_ghani/54f71288a33311ad0c8b48c6/kisah-tabib-bian-que-dan-penyakit-kaisar-china?page=all#sectionall