Senin, 30 April 2018

Tulisan Jona W Putri

Renungan pagi dan Tanggapan atas Video DragonTV berjudul “Breaking News: Perang Asia Pasifik 2020 Akan dimenangkan China..!!”

1. Tiongkok bukan negara Komunis, namun negara *sosialis dengan karakteristik Tiongkok*, dimana partai mayoritas adalah Partai Komunis, sama halnya dengan Vietnam misalnya.

2. Tiongkok dan Vietnam tidak pernah menjajah negara lain dan tidak pernah menggunakan senjata perang untuk menyerang suatu negara demi kepentingan ekonomi, sebaliknya pernah diserang atau dijajah oleh negara lain, nama negara yang menjajah sudah tercatat dalam banyak buku sejarah.

3. Untuk *neraca perdagangan* antara Tiongkok dengan Indonesia, dalam beberapa tahun ini deficit neraca perdagangan Indonesia juga sudah mulai mengalami penurunan.

4. *Ketahanan Pangan*
Data statistik menyatakan bahwa impor Tiongkok dari negara lain mengalami peningkatan. Misalnya impor Buah Naga dari dunia ke Tiongkok pada tahun 2017 sejumlah USD 389.489.338, Vietnam, Taiwan dan Thailand menjadi negara atau wilayah eksportir Buah Naga terbanyak ke Tiongkok; Impor Nanas Tiongkok dari dunia pada tahun 2017 mencapai USD 145.744.596 meningkat 33.4% dari tahun 2016, Filipina, Taiwan, Costa Rica, Taiwan, Malaysia menjadi negara atau wilayah eksportir nanas terbanyak ke Tiongkok. Sedangkan ekspor citrus orange atau jeruk mandarin dari Tiongkok ke Vietnam baru mencapai USD 182.432.570 dibanding ekspor buah naga dari vietnam ke Tiongkok yang mencapai USD 389.290.835.

Dalam hal ketahanan pangan, kalau mau menelaah lebih lanjut sebaiknya warga Indonesia khususnya pemerintah, peneliti dan generasi inovator memikirkan bersama cara meningkatkan kuantitas dan kualiatas produksi pangan, kuantitas panen lahan masih rendah dan keahlian petani juga perlu ditingkatkan.

5. *Ketahanan Energi*
Indonesia sudah banyak belajar dari kesalahan pendahulu tentang eksploitasi mineral dan energi. Khususnya kesalahan investasi perusahaan pertambangan sebuah negara yang ada di Papua, bukan hanya menguras sumber daya alam kita namun juga menciptakan budaya elit koruptif kapitalis yang sangat tidak mendidik. Sekarang pemerintah sudah banyak meratifikasi peraturan di bidang ESDM yang dapat lebih melindungi kepentingan nasional, Investasi kedepan juga akan didorong ke arah energi terbaharukan, dimana energi air, ombak, angin dan solar yang dapat dikonversikan menjadi listrik diharapkan dapat membantu kekurangan listrik yang masih banyak dibutuhkan di wilayah terpencil dan banyak pulau di Indonesia.

6. *Ketahanan Air*
Banyak desa dan wilayah di Indonesia yang belum memiliki ketersediaan air bersih. Apabila para peneliti dan pemerintah dapat mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi atau keahlian mendapatkan air bersih secara independen, tentu itu yang terbaik. Namun apabila kita sendiri masih punya banyak keterbatasan, mungkin ada negara lain yang dapat membantu atau memberikan alih teknologi. Tidak harus Tiongkok, negara lain juga dapat berpartipasi.

Dalam hal air, sebaliknya negara di Asia Pasifik harus bersatu untuk menangani masalah sampah di air dan pencemaran laut, Tiongkok, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam menjadi penghasil sampah di laut terbesar di dunia. Sekitar 80% sampah yang ada di laut berasal dari daratan, laut adalah masa depan dunia, jadi masalah laut adalah masalah kita bersama.

7. *Gap Pemahaman*
Banyak permasalahan yang timbul antara masyarakat Indonesia dan Tiongkok terjadi berakar pada gap budaya dan gap pemahaman antar masyarakat yang masih sangat kurang.

Sayangnya banyak hal juga yang digunakan sebagai instrumen politik hitam, tidak mendidik masyarakat untuk menjadi aktor politik yang intelek.

Jangankan memahami negara lain, masih banyak dari kita yang masih belum menjelajah dan memahami Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Rote. Kita mungkin bisa berbahasa asing dengan baik namun tidak bisa berbahasa daerah dengan baik, kita mungkin memahami pulau Jawa Sumatera dan/atau Kalimantan namun tidak atau kurang memahami kebutuhan saudara kita di Papua di Maluku di Nusa Tenggara atau  bahkan Jawa Selatan dan wilayah yang dulu sering kurang diperhatikan rejim terdahulu.

Saya sering bertanya kepada mahasiswa dan Pelajar Indonesia: Berapa jumlah pulau di Indonesia ? Berapa jumlah suku atau etnis di Indonesia ? Berapa jumlah bahasa dan/atau dialek di Indonesia? Berapa jam terbang dari Jakarta ke Jayapura? Berapa jam terbang dari Sabang sampai Merauke?

Berapa banyak yang dapat menjawab semua pertanyaan diatas dengan benar?
... *hampir tidak ada* ...

Salam baik,
Jona W. Putri