Kamis, 27 Agustus 2020

Matakin

SEJARAH MATAKIN 

MATAKIN adalah singkatan dari Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Yinni Kongjiao Zonghui). Lembaga MATAKIN adalah lembaga Umat Khonghucu satu-satunya yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Mayoritas pemeluk agama Khonghucu berasal dari keturunan Tionghoa, namun agama Khonghucu tidak eksklusif dan bukan hanya diperuntukkan untuk kalangan masyarakat Tionghoa saja. Agama Khonghucu tersebar di seluruh dunia dan dipeluk oleh mereka yang menyakininya apapun latar belakang etnis, ras dan dari penduduk negara manapun di muka bumi ini.

Kedatangan orang-orang dari Tiongkok ke Nusantara berabad-abad yang lalu, telah memperkaya agama dan budaya di Indonesia hingga saat ini. Terdapat banyak Klenteng tua sebagai rumah ibadat Khonghucu di seluruh Indonesia diantaranya di pulau Jawa terdapat di Ancol Jakarta, Semarang, Rembang, Lasem, Tuban dan sebagainya. Di luar pulau Jawa terdapat banyak Klenteng tua ratusan tahun diantaranya di Makasar dan Manado. 

Pada tahun 1729 di Batavia (Jakarta) telah berdiri Shu Yuan, semacam ‘pesantren’ Khonghucu, yang memberikan pendidikan tentang Ru Jiao (Agama Khonghucu) yang bernama Ming Ceng Shu Yuan (artinya Taman Kitab / akademi pendidikan menggemilangkan iman). Pada tanggal 17 Maret 1900, di Batavia (Jakarta) berdiri sebuah lembaga yang bernama Zhonghua Hui Guan (Tionghoa Hwee Kwan) yang dipelopori tokoh-tokoh Khonghucu, dengan Presiden THHK pertama bernama Pan Jing He (Phoa Keng Hek) dan sekretarisnya Chen Qin Shan (Tan Kim San). Tujuan berdirinya Tionghoa Hwee Kwan adalah ingin memurnikan kehidupan keagamaan Khonghucu dan menghapus sinkretisme serta membangun lembaga pendidikan bagi anak-anak keturunan Tionghoa melawan diskriminasi pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1918 berdiri Lembaga keagamaan Khonghucu yang bernama Khong Khauw Hwee (Kongjiao Hui) di kota Solo. Kemudian menyusul beberapa tempat lainnya berdiri Khong Khauw Hwee (Kongjiao Hui) diantaranya di Bandung, Cirebon, Surabaya, Makasar, Malang, Semarang dan lain-lain. Pada tahun 1923 diselenggarakan Kongres pertama kalinya di Jokyakarta dan terbentuklah Khong Khauw Tjong Hwee (Kongjiao Zonghui) Majelis Pusat Agama Khonghucu dengan ketua pertama Fang Guo Yuan (Poey Kok Gwan). Pada tanggal 25 September 1924 di Bandung diselenggarakan Kongres lanjutan Khong Khauw Tjong Hwee (Kongjiao Zonghui / Majelis Pusat Agama Khonghucu) dengan tujuan merumuskan Tata Agama Khonghucu agar seragam di seluruh Nusantara. Kongres berikutnya diselenggarakan di kota Solo pada tahun 1938 dan di kota Surabaya pada tahun 1940, yang merumuskan banyak keputusan diantaranya di sekolah khusus Khong Khauw Hwee diberi pelajaran agama Khonghucu demikian pula diatur kembali tata upacara pernikahan dan kematian serta perayaan tahun baru Imlek (Yinli). 

Pada tahun 1942, masuknya tentara Jepang ke Nusantara dan pecahnya perang dunia kedua maka otomatis aktivitas kelembagaan agama Khonghucu Khong Khauw Hwee tidak bisa berjalan alias terhenti dan dibekukan. Setelah Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, perlahan aktivitas kelembagaan Khonghucu mulai berjalan namun belum maksimal karena situasi dan kondisi perang kemerdekaan saat itu. 

Satu tahun setelah Indonesia Merdeka, tepatnya pada tahun 1946, Pemerintah Indonesia melalui Presiden Soekarno menerbitkan Penetapan Pemerintah tentang hari raya Nomor 02/OEM-1946. Khusus bagi kalangan Tionghoa yang mayoritas pemeluk agama Khonghucu ditetapkan 4 (empat) hari raya yakni Perayaan tahun baru Imlek, Hari Lahir Nabi Khongcu (Kongzi), Cheng Beng (Qing Ming) dan Hari Wafat Nabi Khongcu (Kongzi). 

Pada tahun 1948-1949, Khong Khauw Hwee / Majelis Agama Khonghucu diberbagai daerah mulai aktif kembali membina kegiatan peribadahan dan lembaganya. Tanggal 11-12 Desember 1954, di Kota Solo diadakan Konferensi antar tokoh-tokoh agama Khonghucu yang membahas ditegakkannya kembali Majelis Pusat Agama Khonghucu / Khong Khauw Tjong Hwee (Kongjiao Zonghui). Pada tanggal 15-16 April 1955 kembali diadakan Konferensi lembaga tertinggi agama Khonghucu di Indonesia dan lembaga ini kemudian berganti nama menjadi Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia disingkat PKCHI dengan ketua dr. Kwik Tjie Tiok dan sekretaris Oei Kok Dhan. Keputusan Kongres tanggal 16 April 1955 menjadi cikal bakal ditetapkannya Hari Ulang Tahun MATAKIN. 

Setelah beberapa kali adakan Kongres, akhirnya PKCHI berganti nama menjadi Lembaga Agama Sang Khongcu Indonesia disingkat LASKI pada Kongres IV di Solo tahun 1961. Pada tahun 1963 ketika diadakan Konferensi LASKI di Solo, salah satu keputusan adalah merubah nama LASKI menjadi GAPAKSI (Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia). Saat diadakan Kongres V GAPAKSI di Tasikmalaya pada tanggal 5-6 Desember 1964 nama lembaga ini kemudian berubah menjadi Perhimpunan Agama Khonghucu se-Indonesia dengan tetap disingkat GAPAKSI. 

Pada tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1/ Pn.Ps/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa agama-agama yang dipeluk penduduk Indonesia berdasarkan sejarahnya ada 6 (enam) yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu (Confucius). Pada tahun 1969, berdasarkan UU No. 5 tahun 1969, Penetapan Presiden ini kemudian menjadi Undang-Undang dan disebut UU No. 1 / PnPs/1965. 

Pada tanggal 23-27 Agustus 1967 saat diselenggarakan Kongres VI GAPAKSI, salah satu keputusan Kongres adalah nama lembaga ini berubah menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) Yinni Kongjiao Zonghui.                

Saat rezim Orde Baru berkuasa, umat Khonghucu mengalami diskriminasi panjang dimulai dari Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 yang ditandatangani Presiden Soeharto. Terbitnya berbagai aturan hukum sangat memojokkan umat Khonghucu dan lembaga MATAKIN, terlebih Keputusan Menteri yang menyebut Indonesia hanya mengakui lima agama tanpa Khonghucu, dan mengalahkan Undang-Undang, memberikan bukti noda hitam sejarah yakni betapa hukum dikalahkan oleh kebijakan politik. 

Eksistensi MATAKIN sebagai lembaga keagamaan tetap berjalan aktif walau banyak aturan hukum diskrimintif dan umat Khonghucu Indonesia dicabut hak-hak sipilnya. Berkurangnya jumlah umat Khonghucu saat rezim orde baru sangatlah merugikan, yang bertahan hanya sedikit tapi tetap tekun beribadah seraya berjuang tiada henti. Tidak bisa dicantumkan agama Khonghucu di Kartu Tanda Penduduk, pernikahan pasangan Khonghucu tidak dicatat negara melalui Catatan Sipil,  murid-murid dan Mahasiswa Khonghucu tidak bisa mendapatkan pendidikan agama Khonghucu, tidak dilayani Departemen / Kementrian Agama serta banyaknya aturan diskriminatif membuat hilangnya satu generasi umat Khonghucu. Menjadi pemimpin MATAKIN dimasa sulit tersebut membutuhkan keberanian, keteguhan iman bahkan siap dipenjara. Saya sendiri mengalaminya, saat remaja duduk dibangku SMA, sebagai pimpinan pemuda Khonghucu Manado merencanakan pameran foto dalam rangka peringatan Hari Lahir Nabi Khongcu, namun saya harus berhadapan dengan hukum ketika diciduk pihak intelejen dan diinterogasi. Saya kemudian dilepaskan setelah diperiksa selama satu hari dan beradu argumentasi soal adanya larangan terhadap agama Khonghucu. 

Pada tahun 2000, saat KH. Abdurrahman Wahid menjadi Presiden, atas usaha pimpinan MATAKIN maka terbitlah Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 yang mencabut Inpres No. 14 tahun 1967. Hak-hak sipil umat Khonghucu mulai dibuka kembali atas jasa seorang Gus Dur, MATAKIN mulai melaksanakan Perayaan Tahun baru Imlek Nasional (Imleknas) dan dihadiri Presiden Gus Dur hingga Kepala Negara berikutnya. Presiden Megawati Soekrno Putri saat menghadiri Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang diselenggarakan MATAKIN kemudian dalam sambutannya mengatakan memberikan kado bagi umat Khonghucu dengan menerbitkan Keputusan Presiden yang menetapkan perayaan tahun baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional. 

Puncak dipulihkannya hak sipil umat Khonghucu terjadi saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan banyak aturan hukum dan regulasi di tahun 2006 yang membuat setiap umat Khonghucu bisa mencantumkan agama Khonghucu di KTP, pernikahan Khonghucu tidak dianggap kumpul kebo dan dicatat Negara melalui Catatan Sipil, Mahasiswa dan murid-murid yang beragama Khonghucu mulai mendapatkan pendidikan agama Khonghucu, Kementrian agama mulai melayani umat Khonghucu, tokoh-tokoh agama Khonghucu di seluruh Indonesia aktif bersama para tokoh agama lainnya dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), tersedianya guru-guru dan dosen agama Khonghucu, dan masih banyak lagi kebijakan yang membuat umat Khonghucu setara dengan agama lain dan eksistensi MATAKIN semakin diakui pemerintah sebagaimana amanat Konstitusi dan Perundang-undangan. 

Di Manado, Klenteng pertama sekaligus tertua yang dibangun di masa kolonial Belanda adalah Klenteng Ban Hing Kiong. Berdiri sejak ratusan tahun lalu dan tercatat mengalami beberapa kali renovasi hingga renovasi tahun 1819 disebut sebagai tahun berdirinya Klenteng tersebut namun sesungguhnya jauh sebelumnya ratusan tahun Klenteng ini sudah berdiri. Beberapa penulis bangsa Eropa menceritakan kisah perjalanannya di tanah Minahasa, diantaranya N. Graafland (Belanda) pada tahun 1850, termasuk perjalanannya di kampung Cina Manado yang mayoritas penduduknya beragama Khonghucu. Demikian pula, Sidney John Hickson, ahli Zoologi dari Inggris dalam buku lapoan perjalanannya di tanah Minahasa yang terbit tahun 1889, salah satu kisah perjalanannya di Kampung Cina Manado pada tahun 1885 dimana mayoritas penduduk di kampung Cina Manado beragama Khonghucu dan maraknya perayaan tahun baru Imlek dan capgomeh di Kampung Cina Manado. Penulis Belanda H. Van Kol menganalisa kehidupan orang-orang Cina di Tanah Minahasa dalam bukunya “Uit once Kolonien” (Leiden, 1903). 

Pada tahun 1902, di Manado berdiri badan hukum yang bernafaskan Khonghucu dan bernama Kong Djoe Sin Tong dimana badan hukum perkumpulan ini mengelola aset masyarakat Tionghoa salah satunya tanah pekuburan Tionghoa di kampung Cina Manado yang pertama di gunung wenang sejak tahun 1825 dan dipindahkan ke daerah Teling. Lembaga MATAKIN secara resmi eksistensinya di Manado Sulawesi Utara baru mulai berdiri tahun 1971 saat utusan MATAKIN berkunjung ke Manado, seluruh Klenteng di Manado Sulawesi Utara bernaung dibawah MATAKIN namun sejak diskriminasi orde baru, Klenteng-Klenteng ini banyak yang bernaung dibawah TITD (Tridharma) yang lebih berafiliasi ke lembaga agama Buddha (Walubi). Eksistensi MATAKIN ditandai dengan berdirinya Majelis agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Manado dan Amurang sejak tahun 1972. Namun, jejak umat Khonghucu di Manado khususnya di Kampung Cina jauh ratusan tahun telah ada dan eksis sebagaimana catatan sejarah.            

Pada tanggal 20-22 Desember 2018, diadakan Munas MATAKIN ke XVIII di Jakarta. Saya yang hadir dalam Munas sebagai Dewan Pengurus MATAKIN Ketua bidang hukum kemudian terpilih sebagai ketua Komisi A yang membahas Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga MATAKIN serta Tatacara pemilihan ketua Umum MATAKIN. Pada saat itulah saya memberikan usul saran mengenai eksistensi kelembagaan agama Khonghucu di Indonesia dimana selama ini penghitungan sejarah MATAKIN berasal dari Kongres di Solo pada tanggal 16 April 1955. Usia MATAKIN selama ini mengacu sejak tahun 1955. Menurut saya dalam argumentasi saat Munas MATAKIN di Jakarta, 20-22 Desember 2018, ada kesalahkaprahan sejarah, karena sesungguhnya penghitungan tahun kelahiran MATAKIN harus dihitung sejak Kongres Khong Khauw Tjong Hwee (Kongjiao Zonghui) di Jokyakarta tahun 1923. Karena, kalau dihitung sejak Kongres tahun 1955, maka ada ‘kekosongan” sejarah dengan mengabaikan Kongres Majelis agama Khonghucu di Nusantara / Hindia Belanda sebelum Indonesia merdeka di tahun 1945. Selain itu, ada ‘kekosongan’ lainnya yakni tahun 1946, Presiden Soekarno menerbitkan Penetapan Pemerintah tentang hari raya termasuk Khonghucu, dan menjadi janggal jika MATAKIN baru ada tahun 1955. Saya telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun dan berdiskusi dengan banyak pakar Khonghucu Indonesia, dan Munas MATAKIN 2018 adalah wadah tertinggi yang bisa merubah sejarah.  

Setelah perdebatan panjang di Komisi A dan saya mempertahankan putusan Komisi A yang saya pimpin dalam sidang Pleno Munas MATAKIN akhirnya untuk pertama kalinya, sejarah MATAKIN dirubah melalui Putusan Munas MATAKIN No. 006/MUNAS XVIII/MATAKIN/2018 dan dicantumkan dalam Anggaran Dasar MATAKIN Bab I Pasal 1 : “Majelis ini bernama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia atau The Supreme Council for Confucian Religion In Indonesia atau “Yinni Kongjiao Zonghui (印尼孔教总会)” dan disingkat MATAKIN. Spirit Majelis ini berawal dari berdirinya Ming Cheng Shu Yuan tahun 1729 dan Tionghoa Hwee Kwan tahun 1900, Majelis ini mula-mula mengadakan kongres nasional pertama kali di Jogjakarta pada tahun 1923. Setelah kemerdekaan,  Majelis ini mengadakan kongres kembali di Solo Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 16 April 1955 (sebelumnya disebut Perserikatan Khung Chiau Hui Indonesia), untuk jangka waktu yang tidak terbatas”.

Dalam berbagai Putusan Munas MATAKIN 20-22 Desember 2018, akhirnya menempatkan saya sebagai salah satu pimpinan tertinggi MATAKIN dari 9 (sembilan) orang yang disebut Dewan Rohaniwan MATAKIN seluruh Indonesia. Dari 9 (sembilan) anggota Dewan Rohaniwan MATAKIN, 3 orang berdomisili di DKI Jakarta yakni Xueshi (Xs) Djaengrana Ongawijaya & Xueshi (Xs) Ir. Budi Santoso Tanuwibowo, MM. & Wenshi (Ws) Dr. Drs. Chandra Setiawan, PhD. yang saat ini menjadi Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Republik Indonesia, serta 3 orang dari Jawa Barat yakni Wenshi (Ws) Ir. Wawan Wiratma & Wenshi (Ws) Sunarta Hidayat & Jiaosheng (Js) Dede Hasan Senjaya, 1 orang dari Jawa Tengah yakni Wenshi (Ws) Budi Suniarto, MBA, serta 1 orang dari Jambi yakni Js. Darman Wijaya dan saya dari Sulawesi Utara. Saya diminta merangkap jabatan sebagai Ketua Tim Hukum & Advokasi MATAKIN seluruh Indonesia. Masa jabatan pengabdian kami dihitung sejak 2018 dan baru akan berakhir tahun 2022.  

Terpilih sebagai ketua umum Dewan Rohaniwan / Pimpinan Pusat MATAKIN Xueshi (Xs) Ir. Budi Santoso Tanuwibowo, MM. dan Wenshi (Ws) Budi Suniarto, MBA. sebagai ketua Harian Dewan Rohaniwan / Pimpinan Pusat MATAKIN. Dengan dua orang Sekretaris yakni Dq. Peter Lesmana sebagai sekretaris bidang organisasi dan Js. Wang Urip Saputra sebagai sekretaris bidang rohaniwan. 

MATAKIN dihitung sejak Kongres tahun 1923 di Jokyakarta, saat ini berusia 96 tahun. Hari ulang tahun MATAKIN tetap dihitung sejak tanggal 16 April mengacu kepada Kongres di Solo tahun 1955. Demikian benang merah sejarah dan perubahan penting berdasarkan putusan Munas MATAKIN 20-22 Desember 2018 dan telah dituangkan dalam Anggaran Dasar MATAKIN. 

Dirgahayu MATAKIN ke 96 tahun (16 April 2019). 
Viva MATAKIN Jayalah MATAKIN
Salam hormat bagi para sesepuh & para pejuang Khonghucu di seluruh tanah air, terlebih bagi para pemimpin, rohaniwan & pejuang yang telah Pei Tian, abadi bersama Sang Khalik Tuhan Yang Maha Kuasa. Salah satu pejuang, pemimpin & rohaniwan yang sangat berjasa bagi umat Khonghucu Indonesia adalah Mahaguru Alm. Daxueshi Tjhie Tjay Ing. 

Saudara seiman dimanapun berada, Perjuangan belum selesai. 
Bai ...

Wenshi (Ws) Sofyan Jimmy Yosadi, SH. 
Anggota Dewan Rohaniwan MATAKIN dan Ketua Tim Hukum & Advokasi MATAKIN

Minggu, 23 Agustus 2020

Marga Tionghoa

Ini link marga2 di china, kita klik marga kita nanti keluar video mengenai sejarah asal usul marga kita... bagus skl 👍👍👍 krn informatif sekali.

 http://ppt.cc/ggdf

*URUTAN MARGA TIONGHOA DARI YANG PALING BANYAK HINGGA KE YANG PALING LANGKA.*

1 李 lǐ. Lie. Lee
2 王 wáng. Ong
3 张 zhāng. Thio. Chang
4 刘 liú. Lao
5 陈 chén. Tan
6 杨 yáng. Nyoo. Yo
7 黄 huáng. Oey. Wong
8 赵 zhào. Tjao
9 周 zhōu. Cho
10 吴 wú. Go
11 徐 xú. Tjie.
12 孙 sūn. Sun
13 朱 zhū. Tju
14 马 mǎ. Bhe
15 胡 hú. Hu
16 郭 guō. Kwee. Kwek
17 林 lín. Liem
18 何 hé. Hoo
19 高 gāo. Khao
20 梁 liáng. Nio. Liong
21 郑 zhèng. The. Tjen
22 罗 luó. Loo
23 宋 sòng. Soong
24 谢 xiè. Tjia
25 唐 táng. Tong
26 韩 hán. Han
27 曹 cáo. Chao
28 许 xǔ. Hui
29 邓 dèng. Teng
30 萧 xiāo. Siao
31 冯 féng. Bang
32 曾 zēng. Tjan
33 程 chéng. ?
34 蔡 cài. Tjoa
35 彭 péng
36 潘 pān. Phoa
37 袁 yuán. Yen?
38 于 yú
39 董 dǒng. Tung
40 余 yú. 
41 苏 sū.
42 叶 yè. Yap
43 吕 lǚ. Lu
44 魏 wèi. Goei
45 蒋 jiǎng. Tjio
46 田 tián. Thien 
47 杜 dù. Toe
48 丁 dīng. Ting
49 沈 shěn. Siem
50 姜 jiāng. Tjiang
51 范 fàn. Fan 
52 江 jiāng. Kang
53 傅 fù. 
54 钟 zhōng
55 卢 lú
56 汪 wāng
57 戴 dài
58 崔 cuī
59 任 rèn
60 陆 lù
61 廖 liào
62 姚 yáo
63 方 fāng
64 金 jīn
65 邱 qiū
66 夏 xià
67 谭 tán
68 韦 wéi
69 贾 jiǎ
70 邹 zōu
71 石 shí
72 熊 xióng
73 孟 mèng
74 秦 qín
75 阎 yán
76 薛 xuē
77 侯 hóu
78 雷 léi
79 白 bái
80 龙 lóng
81 段 duàn
82 郝 hǎo
83 孔 kǒng
84 邵 shào
85 史 shǐ
86 毛 máo
87 常 cháng
88 万 wàn
89 顾 gù
90 赖 lài
91 武 wǔ
92 康 kāng
93 贺 hè
94 严 yán
95 尹 yǐn
96 钱 qián
97 *施 shī*
98 牛 niú
99 洪 hóng
100 龚 gōng
101 安 ān
102 诸 zhū
103 卫 wèi
104 尤 yóu
103 华 huá
106 陶 táo
107 戚 qī
108 喻 yù
109 柏 bǎi
110 水 shuǐ
111 窦 dòu
112 章 zhāng
113 云 yún
114 葛 gé
115 奚 xī
116 郎 láng
117 鲁 lǔ
118 昌 chāng
119 苗 miáo
120 凤 fèng
121 花 huā
122 俞 yú
123 柳 liǔ
124 酆 fēng
125 鲍 bào
126 费 fèi
127 廉 lián
128 岑 cén
129 倪 ní
130 汤 tāng
131 滕 téng
132 殷 yīn
133 毕 bì
134 邬 wū
135 乐 lè
136 时 shí
137 皮 pí
138 卞 biàn
139 齐 qí
140 伍 wǔ
141 元 yuán
142 卜 bǔ
143 平 píng
144 和 hé
145 穆 mù
146 堪 kān
147 祁 qí
148 禹 yǔ
149 狄 dí
150 米 mǐ
151 贝 bèi
152 明 míng
153 臧 zāng
154 计 jì
155 伏 fú
156 成 chéng
157 谈 tán
158 茅 máo
159 庞 páng
160 纪 jì
161 shū
162 屈 qū
163 项 xiàng
164 祝 zhù
165 粱 liáng
166 阮 ruǎn
167 蓝 lán
168 闵 mǐn
169 席 xí
170 季 jì
171 麻 má
172 强 qiáng
173 路 lù174 娄 lǚ
175 危 wéi
176 童 tóng
177 颜 yán
178 梅 méi
179 盛 shèng
180 刁 diāo
181 骆 luò
182 樊 fán
183 凌 líng
184 霍 huò
185 虞 yú
186 支 zhī
187 柯 kē
188 咎 jiù
189 管 guǎn
190 莫 mò
191 经 jīng
192 房 fáng
193 裘 qiú
194 缪 miào
195 干 gān
196 解 jiě
197 应 yìng
198 宗 zōng
199 宣 xuān
200 贲 bì
201 郁 yù
202 单 dān
203 杭 háng
204 包 bāo
205 诸 zhū
206 左 zuǒ
207 吉 jí
208 钮 niǔ
209 嵇 jī
210 邢 xíng
211 滑 huá
212 裴 péi
213 荣 róng
214 翁 *wēng
* 215 荀 xún
216 羊 yáng
217 於 yú
218 惠 huì
219 甄魏 zhēn wèi
220 家封 jiā fēng
221 芮 ruì
222 羿 yì
223 储 chú
224 靳 jìn
225 汲 jí
226 邴 bǐng
227 糜 mí
228 松 sōng
229 井 jǐng
230 富 fù
231 巫 wū
232 乌 wū
233 焦 jiāo
234 巴 bā
235 弓 gōng
236 牧 mù
237 隗 wěi
238 山谷 shān gǔ
239 车 chē
240 宓 mì
241 蓬 péng
242 全 quán
243 郗 chī
244 班 bān
245 仰 yǎng
246 秋 qiū
247 仲 zhòng
248 伊 yī
249 宫 gōng
250 宁 zhù
251 仇 chóu
252 栾 luán
253 暴 bào
254 甘 gān
255 钭 tǒu
256 厉 lì
257 戎 róng
258 祖 zǔ
259 符 fú
260 景 jǐng
261詹 zhān
262 束 shù
263 幸 xìng
264 司 sī
265 韶 sháo
266 郜 gào
267 黎 lí
268 蓟 jì
269 薄 bó
270 印 yìn
271 宿 sù
272 怀 huái
273 蒲 pú
274 台 tái
275 从 cóng
276 鄂 è
277 索 suǒ
278 咸 xián
279 籍 jí
280 卓 zhuó
281 蔺 lìn
282 屠 tú
283 蒙 méng
284 池 chí
285 乔 qiáo
286 阴郁 yīn yù
287 胥 xū
288 能 néng
289 苍 cāng
290 双 shuāng
291 闻 wén
292 莘 xīn
293 党翟 dǎng zhái
294 贡 gòng
295 劳 láo
296 逄 páng
297 姬 jī
298 申 shēn
299 扶 fú
300 堵 dǔ
301 冉 rǎn
302 宰 zǎi
303 郦 lì
304 雍 yōng
305 卻 què
306 璩 qú
307 桑 sāng
308 桂 guì
309 濮 pú
310 寿 shòu
311 通 tōng
312 边 biān
313 扈 hù
314 燕 yàn
315 冀 jì
316 郏 jiá
317 浦 pǔ
318 尚 shàng
319 农 nóng
320 温 wēn
321 别 bié
322 庄 zhuāng
323 晏 yàn
324 柴 chái
325 翟 zhái
326 充 chōng
327 慕 mù
328 连 lián
329 茹 rú
330 习 xí
331 宦 huàn
332 艾 ài
333 鱼 yú
334 容 róng
335 向 xiàng
336 古 gǔ
337 易 yì
338 慎 shèn
339 戈 gē
340 庚 gēng
341 终 zhōng
342 暨 jì
343 居 jū
344 衡 héng
345 步 bù
346 都 dōu
347 耿 gěng
348 满 mǎn
349 弘 hóng
350 匡 kuāng
351 国 guó
352 文 wén
353 寇 kòu
354 广 guǎng
355 禄 lù
356 阙 quē
357 东 dōng
358 殴 ōu
359 殳 shū
360 沃 wò
361 利 lì
362 蔚 wèi
363 越 yuè
364 夔 kuí
365 隆 lóng
366 师 shī
367 巩 gǒng
368 厍 shè
367 聂 niè
370 晁 cháo
371 勾 gōu
372 敖 áo
373 融 róng
374 冷 lěng
375 訾 zǐ
376 辛 xīn
377 阚 kàn
378 那 na
379 简 jiǎn
380 饶 ráo
381 空 kōng
382 毋 wú
383 沙 shā
384 乜 miē
385 养 yang
386 鞠 jú
387 须 xū
388 丰 fēng
389 巢 cháo
390 关 guān
391 蒯 kuǎi
392 相 xiāng
393 查 chá
394 后 hòu
395 荆 jīng
396 红 hóng
397 游 yóu
398 竺 zhú
399 权 quán
400 逯 lù
401 盖 gài
402 後 hòu
403 桓公 huán gōng
404 万俟 wàn sì
405 司马 sī mǎ
406 上官 shàng guān
407 欧阳 ōu yáng
408 夏侯 xià hóu
409 诸葛 zhū gé
410 闻人 wén rén
411 东方 dōng fāng
412 赫连 hè lián
413 皇甫 huáng fǔ
414 尉迟 wèi chí
415 公羊 gōng yáng
416 澹台 dàn tái
417 公冶 gōng yě
418 宗政 zōng zhèng
419 濮阳 pú yáng
420 淳于 chún yú
421 单于 dān yú
422 太叔 tài shú
423 申屠 shēn tú
424 公孙 gōng sūn
425 仲孙 zhòng sūn
426 轩辕 xuān yuán
427 令狐 lìng hú
428 钟离 zhōng lí
429 宇文 yǔ wén
430 长孙 zhǎng sūn
431 慕容 mù róng
432 鲜于 xiān yú
433 闾丘 lǘ qiū
434 司徒 sī tú
435 司空 sī kōng
436 亓 qí
437 官 guān
438 司寇 sī kòu
439 仉 zhǎng
440 督 dū
441 子 zi
442 车 chē
443 颛孙 zhuān sūn
444 端木 duān mù
445巫马 wū mǎ
446 公西 gōng xī
447 漆雕 qī diāo
448 乐正 lè zhèng
449 壤 rǎng
450 驷 sì
451 公良 gōng liáng
452 拓 tuò
453 拔 bá
454 夹 jiá
455 谷 gǔ
456 宰父 zǎi fù
457 谷粱 gǔ liáng
458 晋 jìn
459 楚 chǔ
460 闫 yàn
461 法 fǎ
462 汝 rǔ
463 鄢 yān
464 涂 tú
465 钦 qīn
466 段干 duàn gān
467 百里 bǎi lǐ
468 东郭 dōng guō
469 南门 nán mén
470 呼延 hū yán
471 归 guī
472 海 hǎi
473 羊舌 yáng shé
474 微 wéi
475 生 shēng
476 岳 yuè
477 帅 shuài
478 缑 gōu
479 亢 kàng
480 况后 kuàng hòu
481 有琴 yǒu qín
482 丘 qiū
483 左丘 zuǒ qiū
484 东门 dōng mén
485 西门 xī mén
486 商 shāng
487 牟 móu
488 佘 shé
489 佴 èr
490 伯 bó
491 赏 shǎng
492 南宫 nán gōng
493 墨 mò
494 哈 hā
495 谯 qiáo
496 笪 dá
497 年 nián
498 爱 ài
499 阳 yáng
500 佟 tóng
501 欧 ōu
502 黑 hēi
503 励 lì
504 楼 lóu
505 麦 mài
506 莽 mǎng
507 南 ná
508 赛 sài
509 山 shān

Marga Anda urutan ke berapa ? Silahkan dicermati🙏