Selasa, 29 Mei 2018

Parenting

*_INGAT,  ENERGY ITU KEKAL_*

Saya teringat dua tahun lalu, 2016. Kala itu saya sedang mengendarai motor dari kantor saya di daerah jalan pramuka menuju balik ke Bekasi tempat tinggal kami, karena awan sudah mulai gelap...

Dalam perjalanan arah balik dari kantor, yang baru beberapa menit perjalanan saja ternyata hujan turun deras sekali. Posisi saya di sekitar di daerah jalan ahmad yani by pass. Saya terpaksa meneduh di bawah jalan layang saking derasnya hujan dan ada puluhan motor melakukan hal yang sama.

Disamping saya, ada seorang ayah yang juga memarkirkan motor bebeknya. Ia kemudian berdiri di samping saya. Dia seorang ayah dengan anaknya berusia 10-12 tahun kira-kira. Sang anak badannya sudah kuyup berdiri merapat badannya keayahnya, kedinginan. Posisi kami yang di sisi jalanan dan meletakan motor di pinggir jalan (raya) membuat jalanan menjadi menyempit dan menjadi agak macet bagi pengendara mobil. Karena deras, air menggenang naik cepat sehingga sejajar trotoar tempat kami berdiri.

Tiba-tiba, ada mobil melaju dengan kecepatan tinggi di dekat kami. Hal itu membuat siraman air kotor muncrat membasahi hingga tubuh kami. Semua orang menghujat seketika. Termasuk saya dan sang anak kecil di samping ayahnya tadi!

Nampak sang ayah berusaha menenangkan anaknya. Saya yang berdiri disampingnya tak kuasa untuk tidak mendengarkan percakapan ayah anak ini

"Sudah nak, jangan marah-marah memaki begitu, ngak baik itu, hayo istigfar," kata ayahnya santun walupun separuh kakinya juga terkena muncratan air.

"Tapi dia kurang ajar pah!," dia kotori orang-orang, si anak berargumen. Sombong bener pakai mobil tanpa menghargai orang!

"Ya, sudah, selesaiin marahnya istigfar ya. Marah dan memaki itu tidak pernah menyelesaikan masalah," sang ayah berkata tetap dengan nada santun.

Begini nak, kita marah itu _energy negative_ yang keluar dari diri kita dan ingat dunia ini bulat dan ingat satu lagi “energy itu kekal”. Sekali energy itu tercipta mereka akan terus ada dan karena kehidupan itu berputar energy itu akan kembali ke diri kita sendiri.

Apa yang kamu berikan pasti akan kembali lagi ke kamu. Jadi kalau kamu memberikan kebaikan kepada semesta, kepada orang lain, sesungguhnya kamu memberikan kebaikan kepada diri kamu sendiri.

Kalau kamu memberikan energy negative kepada orang lain sesungguhnya kamu lagi memberikan “kesialan” dalam hidupmu.

Saya terdiam termangu mendengarkan…

Sang ayah melanjutkan. "Mulai sekarang kamu harus bisa mengeluarkan energy hanya yang positif. Misalnya, doakan orang tadi agar selamat sampai di rumah. Ingat selalu Ikhlas dalam berdoa, ikhlas itu energinya positif. Doakan semua orang yamg berteduh di sekeliling sini juga agar selamat sampai dirumah dan tidak terkena penyakit.

Doakan pengemis dipinggir jalan. Doakan apa yang kamu lihat. Doakan anak sekolah yang baru pulang. Doakan tukang sapu jalanan. Semua yang kamu lihat doakan. Percaya lah hidupmu akan lurus, mudah, dan selamat dunia akhirat.

Papah selalu mencari uang halal untuk keluarga, siang malam semua papah doakan.

Mamahmu juga demikian, bahkan selagi menanak nasi dia ber doa, dia ucapkan doa baik buat petani yang menanam, doakan pedagang yang berjualan, doakan pengendara yang membawa beras ini, doakan petani yang menggiling padi menjadi beras.

Bahkan Ikan yang dimasakpun mamah selalu mendoakan, sehingga apa yg kita makan sudah di syukuri sudah di ikhlaskan, sudah di seimbangkan.
Kamu ngertikan? Sang ayah mencoba menekankan perkataannya agar si anak faham.

Anak tadi termangu. Tak lama ayahnya menerima telfon tanpa saya jelas mendengar percakapanya, hanya beberapa kata terdengar oleh saya, iya, saya deket lapangan golf rawamangun, iya, iya, iya.. itu yang saya dengar, berapa..5 menit, iya kami tunggu.

Hujan tidak reda juga dan semenit kemudian, sebuah alphard warna hitam tepat berhenti didepan mereka dan pintu terbuka. Mamaaah!..kata sang anak sambil naik kemobil tersebut. Kemudian supir mobil tersebut keluar bertukar posisi dengan sang ayah. sang supir membawa motor dan sang ayah mengemudikan mobil tersebut.

Saya termangu lama menyaksikan fenomena ini, ada beberapa orang juga yang memperhatikan seperti saya. sang ayah santun sekali karena kami semua di sapa dengan kalimat, permisi, mohon maaf ya, kami duluan, permisi. Hampir ke semua orang yang ada disekitar dia dan ada beberapa yang dia salami.

Melihat itu pikiran saya melayang, eehhhmmm rupanya ..ini _training day_ sang ayah keanaknya untuk melihat sisi lain dari kehidupan…entah mengapa saya merasa malu, saya tutup wajah saya dengan helm, saya senang sekali pelajaran *parenting* yang di ajarkan olehnya ke anaknya.

Saya berkata dalam hati, terima kasih Tuhan, Alhamdulillah, hari yang luar biasa untuk pelajaran yang di dapat.