Selasa, 11 September 2018

Kafir berhati emas

Copas dari Lalu Agus Firad Firiawan.

KAFIR-KAFIR PENUH CINTA

Entah sebab apa saya dianugerahi berkah sebesar ini oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, penguasa segala alam!
Sejak awal gempa menimpa Lombok pada 29 Juli 2018 lalu sudah puluhan orang tetangga saya yang Tionghwa, Hindu, Budha, Kristen/Katholik datang ke rumah kami. Tak ada yang meminta apalagi mengkordinir mereka yang bahkan dengan diam-diam menaruh barang-barang sumbangan untuk membantu saudara-saudara kami yang sedang tertimpa musibah ini...

Ada Bli Putu yang tanpa memperkenalkan diri tiba-tiba muncul membantu saya dari sekedar menyetirkan mobil pinjaman pak Riken (tetangga Tionghwa saya yang paling sering "menampar" nurani itu), hingga mengangkatkan baterai-baterai tenaga surya yang beratnya minta ampun bikin encok...

Ada wak Jero Ngah Sangka, mantan boss saya saat masih di pariwisata yang tiba-tiba berubah jadi ahli tukang masang pompa air dadakan!

Ada pak Victor yang dengan polosnya "cuci gudang" berisi 4 ton beras untuk dibawa ke kamp-kamp pengungsian di utara...

Ada pak Dokter Ng Phi Shi dan istrinya, seorang PNS langka yang disela-sela tugasnya seringkali "menampung" orang-orang miskin dari suku saya yang butuh pengobatan akupunktur di klinik pribadi samping rumahnya, diam-diam pula menumpuk terpal-terpal, beras ratusan kilo, air mineral produksinya, dan lain-lain, di garasi saya tanpa pernah memberitahu saya sebelumnya!

Ada juga bu Anen (Francisca Thee), pengusaha sukses angkutan antar pulau yang cuma karena sedih membaca postingan saya tentang kondisi pengungsian dan sulitnya mendapatkan air bersih, tiba-tiba mengirim truk berisi tong-tong bersih, untuk diberikan pada masyarakat Lombok Utara yang masih menampung air dengan drum bekas campuran semen! Saya tak pernah bertemu bu Anen ini, tapi ternyata setelah lihat FB nya, duh! Sudah hatinya cantik, wajahnya menawan pulak!

Ada sejawat engineer saya, si Meymey, kafir aseng bermarga Fong itu, yang dengan "sadisnya" mengirim komponen-komponen elektronika yang saya butuhkan untuk membuat inverter-inverter bekas yang awalnya tak handal jadi sinus murni dan bisa menggerakkan motor dari pompa-pompa air untuk masyarakat itu...
Tak lupa ia berikan "sedikit" lembaran traveler cheques untuk membiayai "solarcell-isasi" kamp-kamp pengungsian...

Ada dek Henry (entah apa marga Tionghwa nya), tetangga saya juga yang saban malam selalu diam-diam memeriksa barang bawaan kebutuhan saya di lapangan, untuk kemudian dengan diam-diam pula di menambahkan apa saja yang dipikirnya saya butuhkan untuk menambal kekurangan itu...
Suatu ketika, saya kaget ada tandon air baru di garasi rumahnya, hanya pembantunya yang bilang ke sopir saya saat itu untuk membawa tandon dan terpal-terpal tersebut ke utara...
Ah...

Ada pula si Padmi yang lebih suka saya panggil LeMok itu, perempuan kafir engineer listrik asal Ladinglading Lombok Utara yang kini sedang bertugas di Dubai UEA, mewakafkan hasil penjualan kakao di kebunnya untuk dibagi-bagi dalam bentuk bingkisan sembako, pakaian dan dinding-dinding calsiboard...

Dan aaahhh, seharian takkan cukup untuk menuliskan satu per satu nama mereka disini...

Duhai kafir-kafir berhati emas dan penuh cinta...
Kalian adalah anugerah Tuhan yang terindah bagi saya dan para korban bencana alam ini...
Tak pupus cinta kalian pada kami walau terpaan dan hujatan serta perlakuan diskriminatif hampir tiap waktu kalian terima di negara yang katanya demokratis ini...
Tak lekang dimakan waktu kasih kalian pada saudara-saudara kami yang berbeda iman dengan kalian ini, walau banyak diantara mereka adalah orang-orang yang selama ini paling suka mencacimaki keyakinan kalian yang mereka katakan "laknatullah" itu...

Allah SWT jelas telah menampar kesadaran saya dan banyak dari kami lewat hati dan tangan-tangan kalian, duhai kafir penuh cinta...

Malunya saya...
Salam kejujuran yang telanjang
Lalu Agus F Wirawan
Anjing Yang Jernih